theIndonesian – Setiap zaman, gerakan mahasiswa akan selalu muncul. Biasanya, gerakan mahasiswa akan turun ke jalan saat menyaksikan terjadinya ketidakadilan di masyarakat atas kebijakan dan perlakuan sewenang-wenang yang dibuat oleh negara.
Mahasiswa kerap juga disebut sebagai agen perubahan. Saat ini, di tengah era disrupsi dan kebebasan mendapatkan akses informasi, gerakan mahasiswa dihadapkan pada tantangan untuk mampu menemukan cara baru dalam menyampaikan aspirasi politiknya.
Terbaru, demo mahasiswa kembali marak menjelang kontestasi pemilihan presiden (pilpres) atau pemilihan umum (pemilu). Banyak pro kontra ketika mahasiswa kembali harus turun ke jalan.
Sejarah mencatat, gerakan mahasiswa di Indonesia telah ada sejak sebelum republik ini merdeka. Gerakan mahasiswa kerap dianggap sebagai cikal bakal perjuangan akan nasib bangsa ini.
Pada 1908, terdapat gerakan mahasiswa bernama Boedi Oetomo, sebuah wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Tujuan dari Boedi Oetomo adalah menjamin kehidupan bangsa yang terhormat.
Gerakan ini didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh para pemuda STOVIA atau sekolah dokter di Jawa. Fokus utama dari Boedi Oetomo adalah pengembangan generasi muda di bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Setelah itu muncul Indische Vereeniging pada 1922 yang dipelopori oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta. Kemudian, pada 1925, organisasi ini berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia.
Perhimpunan Indonesia bertujuan memajukan kepentingan orang-orang pribumi dan non-pribumi. Semula, Perhimpunan Indonesia hanya sebagai organisasi sosial, namun kemudian berubah menjadi organisasi politik. Misi utama dari Perhimpunan Indonesia adalah untuk memperoleh kemerdekaan dan mendorong semangat rakyat melalui pendidikan.
Kemudian pada 1928 berdiri Kelompok Studi Indonesia. Awalnya, pertengahan 1923, segerombolan mahasiswa yang bergabung dalam Perhimpunan Indonesia merasa kecewa dengan perkembangan kekuatan perjuangan Indonesia.
Guna mengatasi kekecewaan tersebut, pada 29 Oktober 1924 dibentuk Kelompok Studi Indonesia oleh Soetomo di Surabaya, Jawa Timur. Hal ini juga memicu munculnya kelompok kedua yang dibentuk di Bandung oleh Sukarno pada 11 Juli 1925. Kelompok ini direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.
Cerita bergulir ketika pada 28 Oktober 1928 muncul Sumpah Pemuda yang dicetuskan melalui Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26 hingga 28 Oktober 1928.
Kelahiran Sumpah Pemuda dimotori oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Tujuan dari Sumpah Pemuda adalah untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
PPPI dibentuk pada September 1926 oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, pascaterbentuknya Kelompok Studi Surabaya dan Bandung.
Perjuangan para mahasiswa atau kaum terpelajar tersebut terus berlanjut. Pada 4 Juli 1927, Sukarno membentuk Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Organisasi ini muncul karena pengaruh sikap penguasa Belanda yang liberal.
PNI juga bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka dengan menjalankan politik non-kerja sama terhadap pemerintahan Belanda. PNI dibentuk berdasarkan gagasan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda.
Pascakemerdekaan Indonesia, muncul Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa I di Malang pada 1947. Lalu, pada 25 Oktober 1966 muncul Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan Mayjen dr Syarief Thayeb.
Secara massif, gerakan mahasiswa mulai secara terang-terangan turun ke jalan terjadi di era 1966-an. Gerakan ini kemudian dikenal dengan istilah Angkatan ’66 yang merupakan awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional.
Tokoh-tokoh dalam gerakan tersebut adalah Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi. Angkatan ’66 ini mengangkat isu komunis yang dianggap sebagai bahaya negara kala itu.
Saat Orde Baru mulai berkuasa penuh dan menunjukkan tajinya, di awal 1970-an muncul gerakan ‘Mahasiswa Menggugat’ yang dimotori Arif Budiman. Para mahasiswa ini melancarkan berbagai kritik dan koreksi. Gerakan mahasiswa diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan sejumlah kasus korupsi.
Protes masih terus berlanjut hingga 1972, ketika terjadi kenaikan harga beras. Selanjutnya pada 1973 demonstrasi terus berlangsung hingga meletusnya demonstrasi memprotes kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia.
Kedatangan PM Jepang ini menuai kerusuhan yang dilakukan mahasiswa dan kerusuhan sosial pada 15 Januari 1974. Peristiwa demonstrasi ini disebut dengan Peristiwa Malari dengan salah satu tokohnya adalah Hariman Siregar.
Puncak gerakan mahasiswa di era Orde Baru berkuasa terjadi pada 1997-1998. Gerakan mahasiswa itu menuntut reformasi dan dihapuskannya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Guna meredam gerakan mahasiswa ini, pemerintah kemudian melakukan tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa. Sejumlah peristiwa yang menjadi catatan Sejarah adalah Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, dan peristiwa lainnya.
Kemudian, melalui pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, para mahasiswa menuntut agar Presiden Soeharto segera turun dari jabatannya. Setelah banyak pertumpahan darah terjadi, akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998.
***
Buku Mahasiswa Menggugat Potret Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 terbitan Pustaka Hidayah menulis, berbeda dari gerakan angkatan sebelumnya, gerakan mahasiswa 1998 tidak memunculkan tokoh sentral. Bagi mahasiswa, saat itu, penonjolan figur akan melahirkan absolutism semu dan mereduksi komitmen perjuangan.
Buku itu mencatat, gerakan reformasi 1998 tidak lepas dari kepeloporan mahasiswa dan kaum intelektual terdidik. Gerakan mereka diawali dari gerakan-gerakan keprihatinan yang menempatkannya sebagai gerakan moral di kampus-kampus. Tradisi mahasiswa berunjuk rasa dengan mimbar bebas di kampus-kampus, ternyata disambut positif oleh segenap elemen sivitas akademika di dalamnya.
Suara mahasiswa semakin nyaring hingga berhasil mentransformasikan gerakannya dalam kerangka student movement ke social movement. Gerakan mahasiswa berhasil membangun opini strategis dan menjadi milik masyarakat secara luas yang mendambakan terciptanta reformasi dan juga suksesi di Indonesia.
Gerakan mahasiswa 1998 sesungguhnya adalah ‘pemberontakan intelektual’ yang paling dramatis dan otentik dalam sejarah Indonesia. Mengapa? Gerakan mahasiswa mampu mematahkan mitologi politik bahwa gerakan mahasiswa adalah aliansi atau bahkan adanya dukungan militer sebagaimana pernah terjadi pada 1966.
Perlu dicatat, mahasiswa kerap menjadi martir sejarah. Karena sifat ‘keikhlasan politik’ yang senantiasa mendasari kemurnian gerakan mahasiswa, mereka nyaris tidak mendapatkan ‘jatah kekuasaan’ dari apa yang telah diperjuangkannya.
Kepeloporan mahasiswa yang diikuti pengorbanannya dalam mencipta martir sejarah, biasanya hasilnya lebih banyak dimanfaatkan oleh para ‘badut-badut politik’ yang mendompleng setiap aksi mahasiswa demi kepentingannya.
Para ‘badut-badut politik’ tersebut memanfaatkan gerakan mahasiswa sebagai tameng politik yang efektif untuk mencapai tujuannya yang diharapkannya. Pada saat bersamaan, citra gerakan mahasiswa bisa membias, seolah-olah setiap gerakan yang terjadi selalu ada suplai dana yang melimpah dan backing politik yanag amat kuat di belakangnya.
Meskipun kerap tidak mendapatkan jatah kekuasaan apa pun, gerakan mahasiswa senantiasa akan memiliki makna dan nilai yang signifikan bagi gerak maju sejarah bangsa ini. Gerakan mahasiswa tetap merupakan panggilan sejarah yang memiliki makna penting bagi masa depan republik ini ke depannya.
Sumpah Mahasiswa Indonesia
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Bertanah air satu
Tanah air tanpa penindasan
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbangsa satu
Bangsa yang gandrung akan keadilan
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbahasa satu
Bahasa tanpa kebohongan
(TheIndonesian)