theIndonesian – Neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan Cina mengalami defisit hingga USD 1,86 miliar pada 2024. Sementara Indonesia mengalami surplus perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat (AS), yakni mencapai USD 1,44 miliar.
Data tersebut dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Jumat (15/3). Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti bilang, pada Februari lalu Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara.
“Tiga negara terbesar adalah AS dengan surplus USD 1,44 miliar, India USD 1,15 miliar, dan Filipina USD 0,63 miliar. Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga negara dengan defisit terdalam adalah Cina sebesar USD 1,86 miliar, Thailand USD 0,55 miliar, dan Singapura USD 0,32 miliar,” kata Amalia.
Dia berkomentar, surplus terbesar yang diperdagangkan dengan AS terutama disumbang dari komoditas mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS85), pakaian dan aksesoris yang bukan rajutan (HS62), serta alas kaki (HS64).
Sementara defisit perdagangan dengan Cina terjadi pada sejumlah kelompok barang, sebut saja kelompok mesin peralatan mekanis dan bagiannya (HS84), mesin dan alat perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS85). Lalu ada pula plastik dan barang dari plastik (HS39).
Pada Februali lalu, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus USD 870 juta atau turun 1,13 persen secara bulanan (mtm). Kondisi ini membuat neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan Februari 2024 lebih ditopang oleh surplus non-migas yang mencapai USD 2,63 miliar. Komoditas penyumbang terbesarnya adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak nabati (HS15), dan juga besi dan baja (HS72).
The Indonesian