No Result
View All Result
The Indonesian
Minggu, 3 Agustus 2025
  • Home
  • News
  • Story
  • People
  • Opinion
  • Indeks
  • Home
  • News
  • Story
  • People
  • Opinion
  • Indeks
No Result
View All Result
The Indonesian
No Result
View All Result
Home straight news

Harga Nikel Terus Merosot, Berkah bagi Indonesia?

Rabu, 6 Maret 2024
in straight news
Harga Nikel Terus Merosot, Berkah bagi Indonesia?

Ilustrasi nikel. | Foto: Istimewa.

0
SHARES
Share on Whatsapp

theIndonesian – Anjloknya harga nikel dunia saat ini menjadi berkah bagi ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Bahkan, turunnya harga nikel saat ini bisa mendorong produksi baterai EV yang menggunakan bahan baku nikel menjadi ekonomis.

Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto di Jakarta. dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (6/3). “Indonesia saat ini tengah mendorong pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik dalam negeri. Jika harga nikel terlalu tinggi maka akan membuat produksi baterai EV mahal yang berdampak pada harga mobil listrik yang mahal pula dan menurunkan daya beli masyarakat.”

Penjelasan dia, jika harga nikel tinggi di level USD 20 ribu, USD 24 ribu, bahkan hingga USD 25 ribu, maka nanti harga baterai akan menjadi mahal, dan berdampak pula mahalnya mobil listriknya. “Akibatnya penjualannya turun dan akan ada teknologi baru yang menggantikan untuk nikel ini,” kata dia.

Seto menambahkan, jika harga nikel terlampau tinggi maka akan ada teknologi lain yang menggantikan nikel dan bahkan bisa mengakibatkan hilirisasi nikel di Indonesia tidak berkembang. “Kita tahu LFP (Lithum-Ferro-Phosphate) bisa berkembang tapi kalau harga nikel terus tinggi hilirisasi tidak akan tumbuh,” jelas dia.

Komentar Seto, tingginya harga komoditas tambang juga pernah terjadi pada jenis kobalt yang mana mengakibatkan kandungan kobalt pada baterai EV menurun. “Sejarahnya di kobalt empat tahun lalu bisa USD 80 ribu, atau tiga hingga empat kali harga sekarang. Perusahaan baterai kemudian berusaha mencari teknologi baru menurunkan kobaltnya. Kalau dulu 20 persen di katodanya sekarang ada yang 10 persen bahkan hanya lima persen. Jadi mempengaruhi demand jangka panjang, jadi kita harus berpikir,” ungkap dia.

Dalih Seto, dengan mendorong pembangunan ekosistem baterai EV di Indonesia maka Indonesia tidak hanya berkompetisi melalui nikel tapi juga pada komoditas lainnya. “Kita tungg dua hingga tiga tahun ekosistem baterai akan semakin lengkap, anoda, copperfoil. Nanti Indonesia akan komplit, tidak hanya nikel tapi ekosistem mobil dan baterai kendaraan listrik yang kompetitif,” ucap dia.

The Indonesian | CNBC Indonesia

admin

admin

Next Post
Kisruh KJMU, DPR Minta Jokowi Pecat Heru Budi

Kisruh KJMU, DPR Minta Jokowi Pecat Heru Budi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Di Tengah Kasus Korupsi, Manajemen PT Timah Komitmen Perbaiki Tata Kelola

Di Tengah Kasus Korupsi, Manajemen PT Timah Komitmen Perbaiki Tata Kelola

1 tahun ago
Kasus Gratifikasi Karen Agustiawan, KPK Pastikan Penetapan Tersangka Berdasarkan Alat Bukti

Kasus Corpus Christi, Jaksa KPK Tuntut Karen Agustiawan Hukuman 11 Tahun Penjara

1 tahun ago

Popular News

    Connect with us


    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Pedoman Media Siber
    • Karir
    • Disclaimer
    • Kebijakan Privasi
    • Iklan

    © 2024

    No Result
    View All Result
    • Home
    • News
    • Story
    • People
    • Opinion
    • Indeks

    © 2024