theIndonesian – Anjloknya harga nikel dunia saat ini menjadi berkah bagi ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Bahkan, turunnya harga nikel saat ini bisa mendorong produksi baterai EV yang menggunakan bahan baku nikel menjadi ekonomis.
Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto di Jakarta. dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (6/3). “Indonesia saat ini tengah mendorong pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik dalam negeri. Jika harga nikel terlalu tinggi maka akan membuat produksi baterai EV mahal yang berdampak pada harga mobil listrik yang mahal pula dan menurunkan daya beli masyarakat.”
Penjelasan dia, jika harga nikel tinggi di level USD 20 ribu, USD 24 ribu, bahkan hingga USD 25 ribu, maka nanti harga baterai akan menjadi mahal, dan berdampak pula mahalnya mobil listriknya. “Akibatnya penjualannya turun dan akan ada teknologi baru yang menggantikan untuk nikel ini,” kata dia.
Seto menambahkan, jika harga nikel terlampau tinggi maka akan ada teknologi lain yang menggantikan nikel dan bahkan bisa mengakibatkan hilirisasi nikel di Indonesia tidak berkembang. “Kita tahu LFP (Lithum-Ferro-Phosphate) bisa berkembang tapi kalau harga nikel terus tinggi hilirisasi tidak akan tumbuh,” jelas dia.
Komentar Seto, tingginya harga komoditas tambang juga pernah terjadi pada jenis kobalt yang mana mengakibatkan kandungan kobalt pada baterai EV menurun. “Sejarahnya di kobalt empat tahun lalu bisa USD 80 ribu, atau tiga hingga empat kali harga sekarang. Perusahaan baterai kemudian berusaha mencari teknologi baru menurunkan kobaltnya. Kalau dulu 20 persen di katodanya sekarang ada yang 10 persen bahkan hanya lima persen. Jadi mempengaruhi demand jangka panjang, jadi kita harus berpikir,” ungkap dia.
Dalih Seto, dengan mendorong pembangunan ekosistem baterai EV di Indonesia maka Indonesia tidak hanya berkompetisi melalui nikel tapi juga pada komoditas lainnya. “Kita tungg dua hingga tiga tahun ekosistem baterai akan semakin lengkap, anoda, copperfoil. Nanti Indonesia akan komplit, tidak hanya nikel tapi ekosistem mobil dan baterai kendaraan listrik yang kompetitif,” ucap dia.
The Indonesian | CNBC Indonesia