theIndonesian – Perusahaan belanja daring, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), sepanjang tahun lalu mengalami kerugian bersih hingga Rp 1,36 triliun. Kondisi tersebut berbanding terbalik dibanding dengan kinerja 2022 yang meraih laba bersih sebesar Rp 1,98 triliun.
Dilansir dari laporan keuangan perseroan, Selasa (26/3), disebutkan bahwa rugi bersih tersebut disebagkan karena laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi yang mencapai rugi Rp 1,22 triliun. Ini berbanding terbalik dengan nilai keuntungan investasi yang mencapai Rp 3,93 triliun pada 2022.
Di satu sisi, tahun lalu perseroan mampu meraup pendapatan hingga Rp 4,43 triliun, naik 22,65 persen secara tahunan. Pencapaian tersebut berasal dari pendapatan marketplace mencapai Rp 2,23 triliun, melonjak 47,44 persen. Pendapatan segmentasi online to offline juga menguat 11,28 persen menjadi Rp2,18 triliun.
Perseroan juga mampu mengumpulkan pendapatan keuangan hingga Rp 822,54 miliar, naik 52,02 persen, yang berasal dari raihan bunga deposito, bank, dan bunga obligasi pemerintah. Namun, Bukalapak juga alami kerugian atas nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi terutama dari investasinya pada Allo Bank, yang digambarkan di pencatatan pemilik saham atas perusahaan.
Di satu sisi, hingga akhir 2023, Bukalapak memiliki total aset hingga Rp 26,12 triliun, dengan pos kas dan setara kas tercatat Rp 15,18 triliun. Di antara kas tersebut, Bukalapak juga menempatkan pada pos deposito berjangka pihak ketiga, yakni pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencapai Rp 5,18 triliun. Sedangkan pada PT Allo Bank Indonesia Tbk sebesar Rp 902,75 miliar.
Kemudian, ekuitas Bukalapak juga anjlok 4,4 persen menjadi Rp 25,33 triliun. Ini serupa dengan total liabilitas yang turun 12,7 persen menjadi hanya Rp 792,02 miliar.
The Indonesian