theIndonesian – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di tengah kondisi produksi migas nasional yang terus merosot kini sedang menyiapkan sejumlah langkah strategis.
Langkah strategis tersebut konon untuk mengoptimalkan produksi migas nasional guna mencapai target jangka pendek, sekaligus menjadi pondasi untuk mendukung pencapaian target jangka panjang.
Kadiv Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/4), mengatakan bahwa pihaknya bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terus meningkatkan kegiatan workover, well service, juga pemboran sumur pengembangan.
Klaim Hadi, kegiatan tersebut terus meningkat dalam jumlah yang signifikan. Misalnya, imbuh dia, kegiatan workover pada 2021 terdapat 566 sumur, maka pada 2023 naik menjadi 834 sumur.
Lalu, kegiatan well service pada 2021 sebanyak 22.790 kegiatan, maka pada 2023 mencapai 33.412. Sementara untuk tahun ini, kegiatan workover ditargetkan 905 sumur dan well service 35.690 kegiatan.
Dia kembali menjelaskan, upaya untuk menjaga produksi tetap optimal dilakukan pula dengan meningkatkan pemboran sumur pengembangan. Jika pada 2021 realisasi pemboran sumur pengembangan sebanyak 480 sumur, maka pada 2023 meningkat menjadi 799 sumur.
Hadi kembali mengklaim bahwa capaian tersebut menunjukkan bahwa SKK Migas dan KKKS melakukan kegiatan yang masif dan agresif serta bekerja keras untuk menjaga produktivitas lapangan migas.
Komentar dia, “Kerja keras SKK Migas dan KKKS terlihat dari tren produksi minyak dan gas yang mulai membaik, yang ditandai dengan decline rate pada 2023 hanya 1,1 persen dibandingkan laju decline rate sejak 2016 hingga 2022 yang rata-rata sekitar lima persen. Bahkan untuk gas, pada 2023 sudah terjadi incline rate sebesar 2,1 persen.
Ia pun mengungkapkan realisasi produksi minyak pada April 2024 juga sudah menunjukkan tren peningkatan di angka 581 ribu barel.
Namun, apakah peningkatan itu bisa terjadi? Jika menilik fakta kinerja dan produksi migas nasional selama beberapa tahun terakhir, kondisinya terus jeblok.
Jebloknya produksi migas nasional salah satunya menjadi tanggung jawab dari SKK Migas, sebagai badan negara yang mengawasi sektor hulu migas.
Saat ini, SKK Migas dikepalai oleh sosok bernama Dwi Soetjipto. Ia dilantik sebagai kepala SKK Migas pada 20 November 2018 menggantikan Amien Sunaryadi yang pensiun.
Kemudian Dwi Soetjipto diangkat lagi oleh Presiden Jokowi untuk yang kedua kalinya pada 5 Desember 2022 untuk masa jabatan periode 2022 – 2026.
Sejak Dwi jadi kepala SKK Migas, di bawah kendalinya institusi tersebut seakan tidak bertaji. Produksi migas selalu jeblok. Ketika produksi jeblok, sejumlah dalih pun dilontarkan untuk menutupi ketidakmampuannya.
Data The Indonesian menunjukkan, jika melihat kinerja setahun setelah Dwi duduk sebagai orang nomor satu di SKK Migas, realisasi lifting migas langsung meleset dari target.
Pada 2019, tercatat realisasi produksi minyak dan gas siap jual ini sebesar 1.806 ribu barel setara minyak per hari (mboped) atau 89 persen dari target.
Realisasi ini terdiri dari lifting minyak sebesar 746 mbopd dan 1.060 mboepd.
Berikutnya pada 2020, realisasi lifting migas mencapai 1.682 mboepd atau 99,1 persen dari target APBN-P 2020 sebesar 1.697 mboepd. Rinciannya, lifting minyak 707 ribu barel minyak per hari (mbopd) dan lifting gas 975 mboepd, atau 98 persen dari target.
Lalu pada 2021, APBN menetapkan target lifting migas sebesar 1.712 mboepd terdiri dari lifting minyak sebesar 705 mbopd dan lifting gas 1.007 mboepd.
Realisasinya lifting minyak dan gas bumi per 2021 mencapai 1.642 mboepd atau setara 96 persen dari target 1.712 mboepd. Secara rinci, lifting minyak mencapai 660 ribu bopd atau 93,7 persen dari target sebesar 705 ribu bopd.
Sementara lifting gas bumi mencapai 5.501 mmscfd atau 97,6 persen dari target 5.638 mmscfd.
Kemudian, pada 2022, realisasi lifting minyak tercatat mencapai 612.300 bopd atau lebih rendah dari capaian lifting minyak pada 2021 yang mencapai 660.300 bopd.
Realisasi lifting minyak pada 2022 yang mencapai 612.300 bopd itu juga tidak mencapai target 2022 yang dicanangkan mencapai 70.300 bopd.
Tak hanya lifting minyak, SKK Migas juga mencatat salur gas pada 2022 mencapai 5.347 mmscfd, lebih rendah dari capaian 2021 yang mencapai 5.505 mmscfd.
Realisasi salur gas yang mencapai 5.347 mmscfd itu juga tidak mencapai target yang dicanangkan pada 2022 mencapai 5.800 mmscfd.
Terakhir tahun lalu. Pada 2023, realisasi lifting minyak bumi Indonesia mencapai 605,5 ribu bopd. Capaian tersebut turun sekitar 1,1 persen dibanding 2022, dan menjadi rekor terendah baru.
Pertanyaannya berikutnya, perlu bukti apalagi untuk menunjukkan kegagalan sosok Dwi Soetjipto memimpin SKK Migas?
Naik Secara Tidak Wajar
Publik mesti tahu. Sejak awal menjabat kepala SKK Migas, nama Dwi Soetjipto sudah berpolemik. Prosesnya diawali dengan perubahan aturan yang melibatkan Presiden Jokowi. Kini, kinerja SKK Migas terbukti banyak jebloknya.
Dwi Soetjipto pun kerap mengeluarkan janji-janji manis terkait produksi migas nasional. Faktanya, di bawah kendali dia di SKK MIgas, produksi migas nasional malah semakin jeblok.
Dwi Soetjipto naik menjadi kepala SKK Migas bisa dikatakan dengan jalan tidak wajar, yakni dengan adanya regulasi yang diubah untuk menguntungkan dia, tentunya dengan bantuan Presiden Jokowi.
Jokowi rela mencoret batas usia kepala SKK Migas yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Semula Dwi Soetjipto terganjal soal umur. Berdasarkan pasal 12 ayat 1 Perpres 9/2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, mengatur umur kepala, wakil kepala, sekretaris, pengawas internal dan para deputi SKK Migas, dibatasi 60 tahun.
Namun, pada April 2018, Jokowi mengeluarkan Perpres 36/2018 tentang Perubahan Perpres No 9/2009. Di mana, kata-kata ‘kepala’ dikeluarkan dari batasan umur 60 tahun. Sehingga, batasan umur 60 tahun hanya berlaku untuk wakil kepala, sekretaris, pengawas internal, dan para deputi SKK Migas.
Melalui beleid ini, Dwi Soetjipto bisa melenggang mulus menjadi kepala SKK Migas, pada 30 November 2018. Kala itu, Dwi Soetjipto telah berumur 63 tahun. Menariknya lagi, Dwi menggantikan Amien Sunaryadi yang umurnya 58 tahun.
Kita tunggu bersama lagi langkah atau strategi omong kosong SKK Migas di bawah kendali Dwi Soetjipto agar bisa bertahan terus di lembaga tersebut.
The Indonesian