theIndonesian – Beban rupiah semakin berat. Perlu diketahui, nilai rupiah semakin jatuh mendekati level psikologis terlemah baru pada perdagangan hari ini, Jumat (19/4), barada di level Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kondisi tersebut membuat terjadinya aksi jual yang semakin masif di pasar saham maupun surat utang. Jebloknya rupiah semakin diperparah dengan adanya beban utang luar negeri saat ini.
Melansir data Bank Indonesia (BI) hari ini, nilai utang luar negeri Indonesia pada akhir Februari naik 1,4 persen atau setara USD 1,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, di mana sebanyak USD 69,75 miliar merupakan utang valas jatuh tempo kurang dari setahun ke depan.
Nilai utang luar negeri jatuh tempo kurang dari setahun itu jika dikonversi ke rupiah menjadi setara Rp1.128,34 triliun, dengan kurs dolar AS saat ini. Kemudian, jika dihitung secara tahunan, posisi utang luar negeri jangka pendek pada Februari tersebut lebih tinggi dibanding Februari tahun lalu yang masih di posisi USD 68,09 miliar.
Data BI lainnya menyebutkan, kenaikan nilai utang valas jangka pendek terutama karena naiknya posisi utang luar negeri bank sentral di bawah setahun, yaitu mencapai USD 6,82 miliar pada Februari, naik 7,2 persen dibanding bulan sebelumnya dan melonjak 610 persen year-on-year.
Di satu sisi, utang luar negeri jangka pendek pemerintah turun 23 persen year-on-year menjadi USD 11,2 miliar. Utang valas swasta pun mengalami penurunan 1,5 persen secara tahunan menjadi sebesar USD 51,65 miliar.
Perlu diingat, nilai utang valas jatuh tempo yang cukup besar itu perlu diwaspadai dengan kejatuhan nilai rupiah saat ini yang mengkhawatirkan. Semua tahu, saat ini permintaan dolar AS terus meningkat setiap mendekati jadwal jatuh tempo utang valas.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam pernyataan resmi hari ini, menyebutkan, sejauh ini posisi utang luar negeri Indonesia masih aman bila melihat struktur utang yang lebih didominasi oleh utang valas jangka panjang.
![](https://theindonesian.id/wp-content/uploads/2024/04/Erwin-Haryono-1024x548.jpg)
Dia bilang, “Struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat. Ini didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.”
Erwin kembali komentar, “Kondisi ini tercermin dari rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,5 persen, serta didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9 persen dari total utang luar negeri.”
Secara struktur mata uang, utang luar negeri Indonesia sampai hari ini masih didominasi oleh dolar AS dengan nilai mencapai USD 269,97 miliar, atau 66,3 persen dari total utang luar negeri per akhir Februari. Utang valas Indonesia juga didominasi oleh dolar Singapura dan yen Jepang masing-masing sebesar USD 69,72 miliar dan USD 20,9 miliar.
The Indonesian