theIndonesian – PT Pertamina (Persero) berencana akan mengganti bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dengan bioetanol.
Perseroan menugaskan Power & New Renewable Energy (NRE) Subholding untuk mengembangkan bioetanol tersebut.
NRE Subholding dioperasikan melalui PT Pertamina Power Indonesia. Subholding ini bertanggung jawab pada pelaksanaan sejumlah kegiatan, yang terdiri dari eksplorasi dan produksi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) secara terintegrasi.
CEO PNRE John Anis di Jakarta, Selasa (29/4), bilang, “Proses pengembangan bioetanol, sebagai bahan bakar ramah lingkungan pengganti pertalite atau pertamax akan dilakukan mulai 2027.”
Dia lalu berkata, “Pengembangan tersebut akan melibatkan kerja sama dengan Brasil. Kami lihat dari bioetanol, produsen terbesar di Brasil. Jadi kami harus belajar. Kami sedang mencoba menjalin kerja sama.”
Dalih John Anis, kerja sama perlu dilakukan karena pengembangan bioetanol memiliki sejumlah kendala, salah satunya ketersediaan bahan baku (feedstock).
Di satu sisi, pihaknya hingga kini masih belum bisa memastikan tingkat research octane number (RON) dari bioetanola Pertamax Green yang akan diproduksi dari sumber daya di Merauke, sebagai pengganti pertalite atau pertamax.
John Anis lalu komentar, “Pemerintah mengharapkan ada bauran dengan etanol. Etanol akan disuplai dari kami. Masih kami lihat apakah RON 95 atau 92 mana yang paling baik. Namun, yang jelas nanti akan dicampur, apakah 10 persen, 15 persen, atau 20persen? Masih kami diskusikan.”
Di satu sisi, imbuh John Anis, pihaknya telah bergabung di Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, sesuai dengan mandat Keputusan Presiden (Keppres) No. 15/2024.
Penjelasan dia, perseroan akan terlibat dengan konsorsium yang mengembangkan lahan tebu seluas dua juta hektare (ha) di Merauke. Namun, saat ini baru tahapan pembasan.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo secara terpisah mengungkapkan bahwa pemerintah akan membuat perusahaan patungan (joint venture) antara Danareksa dan Perhutani.
Keduanya akan berperan sebagai pengelola kawasan seluas dua juta ha di Merauke yang memiliki kebutuhan investasi sekitar USD 8 miliar atau sekira Rp 130 triliun.
Selain kedua perusahaan tersebut, PT Perkebunan Nusantara III juga bergabung untuk mendorong ekosistem tebu dan bioetanol.
The Indonesian