theIndonesian – Impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang terus melambung, menyebabkan bangsa ini akan semakin tersandera oleh mafia impor migas.
Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS Mulyanto dalam keterangannya, Senin (29/4).
Dia menjelaskan, rencana pemerintah yang akan menaikkan impor BBM menjadi sebesar 850 ribu barel per hari (bph), terutama dari Singapura, akan membuat negeri ini rentan.
Mulyanto bilang, “Saya heran nilai impor migas nasional dari Singapura semakin hari bukan semakin berkurang tapi malah semakin meningkat. Ini menjadi kabar buruk bagi pengelolaan migas nasional.”
Dia kembali tegaskan, “Pemerintah jangan mau didikte oleh mafia migas. Harus ada upaya untuk melepas ketergantungan impor migas. Paling tidak impor migas ini harus terus-menerus dikurangi.”
Mulyanto menyarankan agar pemerintah perlu membuat terobosan berarti, misalnya terkait rencana pembangunan dan pengelolaan kilang minyak nasional.
Kata dia, “Sejak Orde Baru belum ada tambahan pembangunan kilang minyak baru, sementara rencana pembangunan Kilang Minyak Tuban, sampai hari ini tidak ada kemajuan yang berarti.”
Dia kembali tegaskan, “Masak kita kalah dan tergantung pada Singapura, karena kita tidak punya fasilitas blending dan storage untuk mencampur BBM. Padahal sumber migas kita tersedia cukup besar dibandingkan mereka.”
Copot Kepala SKK Migas
Sebelumnya Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman pernah secara tegas menyatakan bahwa anjloknya produksi minyak nasional disebabkan peran SKK Migas di bawah kendali Dwi Soetjipto sangat tidak optimal.
Bahkan, Yusri pun mendesak agar secepatnya posisi Dwi Soetjipto dicopot dan diganti oleh orang yang lebih kompeten di sektor migas.
Yusri secara tegas bilang, “Sejak Dwi jadi kepala SKK Migas, di bawah kendalinya institusi tersebut seakan tidak bertaji. Produksi migas selalu jeblok. Ketika produksi jeblok, sejumlah dalih pun dilontarkan untuk menutupi ketidakmampuannya.”
Serupa dengan Yusri, anggota Komisi VII DPR Mukhtarudin pun komentear bahwa kinerja Dwi Soetjipto sangat tidak bagus, Ini terlihat dari sektor hulu migas yang tidak menunjukkan perkembangan kemajuan dan kecenderungannya terus menurun.
“Saya kira, akibat kinerja buruk SKK Migas ini membuat Indonesia semakin besar bergantung pada impor BBM dari luar negeri. Kinerja hulu migas yang tidak maksimal, target lifting tidak tercapai,” ujar dia belum lama ini.
Data The Indonesian menunjukkan, jika melihat kinerja setahun setelah Dwi duduk sebagai orang nomor satu di SKK Migas, realisasi lifting migas langsung meleset dari target.
Pada 2019, tercatat realisasi produksi minyak dan gas siap jual ini sebesar 1.806 ribu barel setara minyak per hari (mboped) atau 89 persen dari target.
Realisasi ini terdiri dari lifting minyak sebesar 746 mbopd dan 1.060 mboepd.
Berikutnya pada 2020, realisasi lifting migas mencapai 1.682 mboepd atau 99,1 persen dari target APBN-P 2020 sebesar 1.697 mboepd. Rinciannya, lifting minyak 707 ribu barel minyak per hari (mbopd) dan lifting gas 975 mboepd, atau 98 persen dari target.
Lalu pada 2021, APBN menetapkan target lifting migas sebesar 1.712 mboepd terdiri dari lifting minyak sebesar 705 mbopd dan lifting gas 1.007 mboepd.
Realisasinya lifting minyak dan gas bumi per 2021 mencapai 1.642 mboepd atau setara 96 persen dari target 1.712 mboepd. Secara rinci, lifting minyak mencapai 660 ribu bopd atau 93,7 persen dari target sebesar 705 ribu bopd.
Sementara lifting gas bumi mencapai 5.501 mmscfd atau 97,6 persen dari target 5.638 mmscfd.
Kemudian, pada 2022, realisasi lifting minyak tercatat mencapai 612.300 bopd atau lebih rendah dari capaian lifting minyak pada 2021 yang mencapai 660.300 bopd.
Realisasi lifting minyak pada 2022 yang mencapai 612.300 bopd itu juga tidak mencapai target 2022 yang dicanangkan mencapai 70.300 bopd.
Tak hanya lifting minyak, SKK Migas juga mencatat salur gas pada 2022 mencapai 5.347 mmscfd, lebih rendah dari capaian 2021 yang mencapai 5.505 mmscfd.
Realisasi salur gas yang mencapai 5.347 mmscfd itu juga tidak mencapai target yang dicanangkan pada 2022 mencapai 5.800 mmscfd.
Terakhir tahun lalu. Pada 2023, realisasi lifting minyak bumi Indonesia mencapai 605,5 ribu bopd. Capaian tersebut turun sekitar 1,1 persen dibanding 2022, dan menjadi rekor terendah baru.
The Indonesian