theIndonesian – Sepanjang tahun ini harga nikel diprediksi akan mengalami penurunan, bahkan ada kemungkinan akan anjlok. Jebloknya harga nikel tersebut seiring masih tingginya risiko surplus pasokan global terutama dari Indonesia.
Namun, di satu sisi permintaan nikel tahun ini ditaksir masih tetap solid. Dilansir dari Bloomberg Technoz, Kamis (4/4), BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — memproyeksikan rerata harga nikel untuk tahun ini akan bertengger di level USD 18 ribu per ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level USD 20 ribu per ton.
Perlu diketahui, sepanjang 2023, harga nikel terperosok dengan harga rata-rata tahun turun 15,3 persen menjadi USD 21.688 per ton dari USD 5.618 per ton pada 2022. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.
Laporan itu menulis, “Kami memperkirakan dinamika serupa akan membatasi pertumbuhan harga nikel pada 2024 seiring dengan makin majunya produksi dari produsen utama, Cina daratan dan Indonesia.”
Sekedar infor, hari ini nikel di London Metal Exchange (LME) dilego di USD 17.030 per ton, naik 1,68 persen dari hari sebelumnya. Laporan juga menyebutkan bahwa pasar nikel akan tetap mengalami surplus pada 2024, dengan level keseimbangan sekitar 263 kiloton (kt), di tengah peningkatan pasokan yang signifikan dari Indonesia.
Pasokan dari Indonesia telah memenuhi pasar global dan menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam pasokan nikel global, dengan produksi diperkirakan melonjak dari 2,4 juta ton pada 2019 menjadi 4,3 juta ton pada 2024.
Indonesia kini muncul sebagai produsen utama nikel olahan di tingkat global, berkat perusahaan-perusahaan dalam dan luar negeri yang dengan cepat memperluas kapasitas produksi pabrik pengolahan dan pemurnian.
Diperkirakan Indonesia akan mempertahankan posisinya sebagai produsen nikel olahan terdepan selama periode 2024-2033, dengan produksi diproyeksikan meningkat dari 1,7 juta ton pada 2024 menjadi 3,8 juta ton pada 2033.
Pada 2033, diperkirakan Indonesia dan Cina masing-masing akan menyumbang 51 persen dan 17 persen produksi nikel dunia.
The Indonesian | Bloomberg Technoz