theIndonesian – Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD 405,7 miliar atau setara Rp 6.336,63 triliun (kurs Rp 15.619). Data tersebut dikutip dari Bank Indonesia. Besaran utang itu turun dibandingkan posisi Desember 2033 yang tercatat USD 408,1 miliar atau sekira Rp 6.374,11 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Jumat (15/3), bilang, secara tahunan, posisi ULN Indonesia tumbuh sebesar 0,04 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen (yoy). Penurunan ini dikontribusikan oleh penurunan ULN sektor publik dan swasta.
Sementara, ULN pemerintah pada Januari 2024 mencapai USD 194,4 miliar. Utang tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar USD 196,6 miliar. Namun, secara tahunan ULN pemerintah tumbuh sebesar 0,1 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 5,4 persen (yoy).
Komentar Erwin, “Penurunan posisi ULN pemerintah antara lain dipengaruhi oleh pelunasan seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo. Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel.”
Penjelasan dia, pemanfaatan ULN akan terus diarahkan untuk fokus mendukung upaya pemerintah dalam pembiayaan belanja program prioritas dan pelindungan masyarakat, di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Menurut Erwin, dukungan pembiayaan tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21,1 persen dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18 persen), jasa pendidikan (16,9 persen), konstruksi (13,7 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (9,7 persen).
“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah,” ucap Erwin.
Di sisi lain, ULN swasta pada Januari 2024 tercatat sebesar USD 196,7 miliar, turun dibanding dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar USD 198,1 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,6 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada bulan lalu sebesar 1,4 persen (yoy).
Sekilas info, kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 3,2 persen (yoy) dan 2,4 persen (yoy).
Secara sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,6 persen dari total ULN swasta.
ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1 persen terhadap total ULN swasta. Di satu sisi, rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) turun menjadi 29,4 persen dari 29,7 persen pada bulan sebelumnya.
The Indonesian | Antara