theIndonesian – Realisasi penerimaan pajak per 31 Maret 2024 telah mencapai Rp 393,91 triliun atau setara dengan 19,81 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Hal itu dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (26/4).
Dia bilang, “Penerimaan pajak mengalami perlambatan akibat penurunan signifikan harga komoditas pada 2023, yang akibatnya baru dirasakan pada tahun ini. Tapi, penerimaan pajak bruto di luar restitusi tumbuh positif, yaitu sebesar 0,64 persen.”
Penjelasan Sri Mulyani, perlambatan penerimaan pajak terlihat pada perlambatan bruto pajak penghasilan (PPh) non migas dan penurunan PPh migas. Sementara kinerja bruto pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) tumbuh positif sejalan dengan membaik aktivitas ekonomi.
Dia berkata bahwa secara rinci penerimaan PPh non migas tercatat sebesar Rp 220,42 triliun atau setara dengan 20,73 persen dari target. Penerimaan ini tumbuh 0,10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
PPN dan PPnBM terdata senilai Rp155,79 triliun atau 19,20 persen dari target, dengan pertumbuhan sebesar 2,57 persen yoy. Lalu, realisasi pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak lainnya tercatat sebesar Rp3,17 triliun atau 8,39 persen dari target. Kinerja ini mengalami pertumbuhan sebesar 11,05 persen yoy.
Kemudian, realisasi penerimaan dari PPh migas tercatat Rp 14,53 triliun atau setara dengan 19,02 persen dari target. Berbeda dengan kinerja pajak lain yang tumbuh, kinerja PPh migas mengalami kontraksi sebesar 18,06 persen yoy.
Kementerian Keuangan telah mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp 620,01 triliun atau setara dengan 22,1 persen dari target sebesar Rp 2.802,3 triliun. Kinerja tersebut terkontraksi sebesar 4,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
The Indonesian