theIndonesian – Impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan bangsa ini terus meningkat. Terakhir, diperkirakan bangsa ini harus mengimpor minyak mintah dan BBM di kisaran 800 ribu barel per hari (bph).
Kuota impor tersebut jauh lebih besar dibandingkan produksi minyak nasional yang di level 600 ribu bph. Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta, Jumat (19/4), bilang, Jadi defisit tinggi (antara impor dan produksi, red).”
Arifin juga komentar bahwa sebanyak 240 ribu bph minyak mentah di impor dari Arab Saudi, Nigeria, dan negara lainnya. Indonesia diketahui juga mengimpor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 600 ribu bph dari Singapura, Malaysia dan India.
Sumber The Indonesian mengungkapkan, saat ini produksi minyak nasional hanya 586 ribu bph. Sumber ungkapkan, “Impor crude oil (minyak mentah) mencapai 514 ribu bph. Ini dengan perhitungan bahwa kapasitas kilang nasional yang sekitar 1,1 juta bph dikurangi 576 ribu bph, jadinya 514 ribu bph.”
Secara nasional, imbuh sumber, Indonesia kini hanya bisa memproduksi BBM sebanyak 850 ribu bph, dengan konsumsi nasional mencapai 1.4 juta bph.
Sumber komentar, “Jadi Indonesia pun perlu impor BBM sebanyak 550 ribu bph. Total impor crude oil dengan BBM berarti 514 ribu bph ditambah 550 ribu bph, jadi 1,064 juta bph.”
Terpisah, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menegaskan, selisih impor yang lebih besar dibandingkan produksi dalam negeri sangat mengkhawatirkan
Yusri kepada The Indonesian bilang, “Ini soal ketahanan energi nasional. Jelas bahwa program produksi satu juta bph gagal total. Pihak yang paling bertanggung jawab adalah Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.”
Sekedar info, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas (SKK Migas) adalah lembaga yang dibentuk dengan tujuan mengawasi sektor hulu migas, terutama yang berkaitan dengan produksi migas.
Yusri dengan lantang komentar, “Terbukti Dwi Soetjipto sudah gagal menjalankan amanah sebagai kepala SKK Migas, sudah semestinya dia diganti. Sudah hampir enam tahun dia menjabat tapi sangat minim prestasi, ini ada apa dia dipertahankan terus?”
Seperti diketahui, Dwi Soetjipto dilantik sebagai kepala SKK Migas pada 20 November 2018 menggantikan Amien Sunaryadi yang pensiun. Kemudian ia diangkat lagi oleh Presiden Jokowi untuk yang kedua kalinya pada 5 Desember 2022 untuk masa jabatan periode 2022 – 2026.
Di sisi lain, produksi minyak nasional yang hanya di level 500-an ribu bph hanya terjadi di era 1966-1968, atau sekitar 56 enam tahun yang lalu. Saat itu, produksi minyak nasional berada di level 450 ribu hingga 600 ribu bph.
The Indonesian