theIndonesian – Cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret ini berkurang USD 3,65 miliar atau setara Rp 54,75 triliiun (kurs dolar Rp 15.000, sesuai APBN 2024, red). Penurunan bulanan ini menjadi yang terbesar sejak Mei 2023. Sementara, posisi cadangan devisi saat ini ada di level USD 140,4 miliar.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, jika menghitung sejak posisi akhir tahun lalu, maka tiga bulan pertama 2024 ini nilai cadangan devisa Indonesia sudah terkuras hampir USD 6 miliar atau setara Rp 90 triliun. Sekedar info, akhir tahun lalu, nilai cadangan devisa masih sebesar USD 146,38 miliar.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Jumat (5/4) pagi, menerangkan, penurunan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pengaruh lainnya adalah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Di satu sisi, posisi cadangan devisa pada Maret ini masih setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Sementara itu, rupiah terpuruk mendekati Rp 16 ribu per dolar AS, mencatatkan penurunan nilai melampaui tiga persen sejak awal tahun akibat tekanan sentimen global ditambah berbagai sentimen domestik, terutama kekhawatiran asing terhadap pengelolaan fiskal pemerintahan baru nanti yang telah memicu arus jual investor asing di pasar surat utang.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu pemerintah dan DPR telah menyepakati asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2024, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen, inflasi yang terkendali sebesar 2,8 persen, nilai tukar rupiah sebesar Rp 15 ribu dolar AS, suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,7 persen, harga minyak dunia (ICP) sebesar USD 82 per barel, lifting minyak sebesar 635 ribu barel per hari, serta lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.
Kemudian, pendapatan negara 2024 diestimasi sebesar Rp 2.802,3 triliun, dengan sumber terbesar dari dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.309,9 triliun, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 492 triliun.
Belanja negara dalam APBN 2024 direncanakan sebesar Rp 3.325,1 triliun, dengan alokasi terbesar untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 2.467,5 triliun, serta transfer ke daerah sebesar Rp 857,6 triliun.
Lalu, defisit APBN 2024 telah disepakati oleh DPR sebesar 2,29 persen dari PDB atau secara nominal Rp 522,8 triliun. Selain itu, pembiayaan investasi pada 2024 akan mencapai target sebesar Rp 176,2 triliun dengan pendekatan yang selektif dan intensif.
The Indonesian