theIndonesian – Rupiah terus melemah pada pembukaan perdagangan hari pertama April, Senin (1/4) di pasar spot. Pada pukul 09:13 WIB, saat pergerakan mata uang Asia hari ini cenderung bervariasi, rupiah anjlok ke level Rp 15.892 per dolar Amerika Serikat (AS).
Anjloknya rupiah diprediksi karena sentimen pasar yang menanti data inflasi Maret yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) siang nanti, di mana inflasi bulan lalu diprediksi akan menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2023.
Sementara, sebagian besar mata uang Asia pagi ini terlihat bergerak kuat seperti peso Filipina naik 0,1 persen, lalu won Korea yang naik 0,06 persen, ringgit Malaysia dan dolar Singapura juga masih menguat tipis.
Sedangkan rupiah menjadi yang terlemah di Asia dengan tergerus 0,22 persen, disusul oleh dong Vietnam yang melemah 0,11 persen dan baht Thailand 0,05 persen. Yuan Cina juga melemah 0,06 persen pagi ini.
Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi Maret akan semakin tinggi ke kisaran 2,91 persen year-on-year dari bulan sebelumnya di 2,75 persen. Secara bulanan, inflasi Maret diprediksi sebesar 0,4 persen dari Februari sebesar 0,37 persen.
Inflasi yang makin tinggi bisa membebani rupiah karena bisa mengurangi keleluasaan bagi Bank Indonesia melonggarkan kebijakan suku bunga. Terutama ketika arus keluar modal asing dari pasar keuangan domestik masih besar, lebih-lebih dari pasar surat utang negara.
Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah terbatas menuju level Rp 15.870 per dolar AS yang merupakan support setelah break MA-50. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp 15.880 per dolar AS.
Apabila dua level support itu jebol, ditaksir rupiah bisa semakin melemah ke level Rp 15.900 per dolar AS hingga Rp 15.930 per dolar AS sebagai support terkuat.
The Indonesian | Bloomberg