theIndonesian – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tahun lalu sukses mencatatkan volume penjualan bijih nikel sebesar 11,7 juta ton. Penjualan itu di atas target sebesar 9,4 juta ton. Penjualan di atas target itu sebelumnya sudah diperkirakan oleh BRI Danareksa Sekuritas yang mencapai 11 juta ton.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan dalam risetnya menulis, pihaknya meyakini volume penjualan bijih nikel Antam akan tetap kuat pada 2024. Alasannya, permintaan bijih nikel bakal tetap terjaga dan pasokan makin terbatas seiring pengawasan pertambangan yang lebih ketat dari pemerintah.
BRI Danareksa Sekuritas juga menaikkan proyeksi volume penjualan bijih nikel Antam sebesar 36,4% menjadi 15 juta ton. Proyeksi kenaikan kapasitas disebabkan kapasitas produksi Antam dianggap cukup untuk memanfaatkan peluang permintaan yang terus meningkat. BRI Danareksa Sekuritas juga memperkirakan laba bersih Antam tahun ini juga dipatok lebih tinggi sebesar Rp 3,6 triliun, naik 22,7% dari proyeksi awal.
Tahun lalu, laba bersih Antam diperkirakan mencapai Rp 3,6 triliun, naik 14,7% dari perkiraan sebelumnya. Hal itu disebabkan adanya keuntungan satu kali sebesar Rp 599 miliar pada kuartal IV-2023.
Keuntungan satu kali itu diperoleh karena Antam melakukan divestasi pada PT Feni Haltim (FHT) kepada HongKong CBL Ltd (HKCBL), anak usaha Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dari China. HKCBL membeli 10% saham FHT dari ANTM. HKCBL juga memborong 50% saham FHT dari International Mineral Capital (IMC), anak usaha ANTM.
Nilai transaksi divestasi tersebut ditaksir mencapai Rp 781,2 miliar. Rinciannya, transaksi senilai Rp 130,2 miliar untuk 10% saham FHT yang selama ini dimiliki langsung oleh Antam. Sisanya Rp 651 miliar untuk 50% saham FHT yang selama ini dipegang IMC.
Di satu sisi, pencabutan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengakhiri proses hukum antara Antam dan seorang pengusaha asal Surabaya, Budi Said. Seperti diketahui, akhirnya Antam dibebaskan dari segala tanggung jawab yang timbul dari gugatan PKPU. Hal tersebut bisa menyebabkan pembalikan provisi.
BRI Danareksa Sekuritas pun mencermati berbagai faktor tersebut tetap mempertahankan rating beli untuk saham Antam. Bocorannya, target harga saham Antam akan dinaikkan menjadi Rp 2.100 dari sebelumnya Rp 1.960.
Sekedar informasi, hingga berita ini ditayangkan, saham Antam bertengger di posisi Rp 1.485. Mengacu harga tersebut, potensi keuntungan dari saham Antam mencapai level di atas 40%.
Sementara itu, segmen bijih nikel Antam diyakini bakal menjadi ‘bantalan’ dalam menghadapi rendahnya harga feronikel (Feni). Namun, risiko utama yang bakal terjadi adalah koreksi harga nikel dan penurunan lebih lanjut nilai aset nikel akibat harga nikel yang rendah.
(TheIndonesian)