theIndonesian – Laba bersih PT Adaro Energy Indonesia Tbk berdasarkan posisi per 31 Maret 2024, tercatat turun 18,27% dari posisi semula USD 458,04 juta atau setara Rp 7,4 triliun menjadi tersisa USD 374,3 juta atau sekira Rp 6 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Aset perseroan juga tergerus menjadi USD 4,2 miliar dari sebelumnya USD 4,3 miliar posisi 31 Desember 2023.
Adaro juga mencatatkan total utang (liabilitas) mencapai USD 2,7 miliar. Kemudian, total pendapatan usaha juga turun 22 persen dari semula USD 1,83 miliar menjadi hanya USD 1,44 miliar.
Turunnya pendapatan perseroan disebabkan turunnya pendapatan di segmen pertambangan dan perdagangan batu bara menjadi USD1,42 miliar, atau turun 21 persen dari sebelumnya di posisi USD 1,79 miliar.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi ‘Boy’ Thohir dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (2/5), menjelaskan bahwa perseroan sepanjang kuartal I 2024 mencatatkan kenaikan pada volume penjualan dan produksi menjadi 16,48 juta ton dan 18,07 juta ton, atau naik masing-masing lima persen dan 15 persen secara tahunan.
Tapi, naiknya volume penjualan itu bersamaan dengan penurunan harga jual rata-rata batu bara (ASP) sebesar 24 persen, seiring dengan lesunya harga batu hitam itu.
Boy Thohir bilang, “Di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, kami mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya.”
Di satu sisi, beban pendapatan Adaro juga turun 24 persen secara tahunan menjadi USD 815 juta. Beban usaha juga turun 25 persen secara tahunan menjadi USD 108 juta.
The Indonesian