theIndonesian – PT Antam Tbk pada periode 31 Maret 2024 jumlah asetnya turun tipis menjadi Rp 41,21 triliun dibanding posisi 31 Desember 2023 yang sebesar Rp 42,85 triliun.
Aset tersebut terdiri aset lancar sebesar Rp 17,73 triliun dan aset tidak lancar Rp 23,48 triliun. Antam hingga akhir Maret lalu diketahui juga memiliki utang (liabilitas) hingga Rp 9,78 triliun.
Utang tersebut terdiri atas utang jangka pendek Rp 6,74 triliun dan utang jangka panjang Rp 3,04 triliun.
Pada posisi per 31 Desember 2023, Antam mencatatkan laba bersih hingga Rp 13,21 triliun. Laba bersih tersebut naik dibanding periode yang sama 2022 yang hanya Rp 10,18 triliun.
Namun, adakah kaitan laba bersih tersebut dengan penjualan sebagian saham anak usaha perseroan?
Berdasarkan laporan keuangan Antam, pada 28 Desember 2023, Antam telah menuntaskan transaksi divestasi atas 49 persen PT Sumberdaya Arindo (SDA) kepada Ningbo Contemporary Bruno Lygend Co Ltd (HKCBL) sebesar lebih dari Rp 6,45 triliun.
CBL adalah anak usaha Guangdong Brunp Recycling Technology Co Ltd (Brunp), dan Brunp merupakan anak Contemporary Amperex Technology Co Ltd atau CATL, produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia asal Cina.
Klaim manajemen Antam, divestasi 49 persen kepemilikan Antam di SDA merupakan bagian penting dari pelaksanaan proyek strategis Grup terkait pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle battery /EVB), khususnya dalam hal pengoperasian tambang nikel.
Manajemen juga berdalih, proyek penambangan yang akan dilaksanakan oleh SDA akan memasok bijih nikel kepada pabrik pengolahan dan pemurnian nikel yang akan dikelola oleh perusahaan patungan antara Antam dan Grup CBL.
SDA merupakan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) operasi-produksi untuk tambang nikel yang berlokasi di area Tanjung Buli dan Sangaji Utara, Maluku Utara.
Masih menurut manajemen Antam, pascadivestasi SDA, Antam tidak kehilangan pengendalian atas SDA. Proporsi ekuitas yang dimiliki oleh kepentingan nonpengendali berubah menjadi 49 persen, sehingga Antam menyesuaikan jumlah tercatat kepentingan non pengendali untuk mencerminkan perubahan kepemilikan terhadap SDA.
Kepentingan non pengendali dicatat sebesar bagian proporsional kepentingan non-pengendali atas nilai tercatat aset bersih SDA.
Namun, Antam mengakui selisih antara nilai wajar imbalan yang diterima dan jumlah tercatat kepentingan nonpengendali yang disesuaikan secara langsung dalam ekuitas (pada akun tambahan modal disetor).
Tak hanya itu, Antam juga mendivestasikan 10 persen kepemilikan saham di anak usahanya PT Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL senilai Rp 130,2 miliar.
Saat bersamaan, anak usaha Antam, PT International Mineral Capital (IMC), juga melepas seluruh sahamnya di FHT dengan nilai Rp 614,50 miliar ke HKCBL. Total dua transaksi SDA-HKCBL, serta FHT-Antam dan FHT-IMC mencapai Rp 7,20 triliun.
Laporan keuangan Antam pun menunjukkan, pada 28 Desember 2023, Antam dan HKCBL menyelesaikan transaksi divestasi atas 60 persen saham pada FHT dengan imbalan kas yang
diterima sebesar Rp 781,2 miliar.
Divestasi oleh Antam atas 60 persen kepemilikan pada FHT diklaim bagian penting dari pelaksanaan proyek strategis Antam terkait pengembangan ekosistem industri EVB, khususnya dalam hal pengembangan kawasan industri, pembangunan serta operasi pabrik pengolahan dan pemurnian nikel dengan metode Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) atau biasa disebut Proyek FHT.
Pada Proyek FHT ini, FHT direncanakan akan mengembangkan dan mengoperasikan kawasan industri serta delapan lini produksi RKEF dengan kapasitas masing-masing 48 ribu KVA, dengan kapasitas produksi tahunan: 43.672 ton nikel, di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Pasca-divestasi FHT, Antam kehilangan pengendalian atas FHT sehingga perseroan tidak lagi mengkonsolidasikan FHT. Sisa 40 persen kepentingan Antam pada FHT diukur kembali berdasarkan nilai wajarnya, dengan perubahan nilai tercatat investasi diakui dalam laporan laba rugi.
Nilai tercatat awal investasi di FHT adalah sebesar nilai wajar untuk kepentingan pengukuran kembali kepentingan yang tersisa sebagai entitas asosiasi.
Sedangkan jumlah yang sebelumnya diakui oleh Antam pada pendapatan komprehensif lain sehubungan dengan surplus revaluasi aset tanah FHT direklasifikasi secara langsung ke saldo laba, dan jumlah tersebut tidak termasuk dalam laba dari pelepasan entitas anak yang diakui dalam laba rugi.
Saat ini direksi Antam terdiri atas Nicolas D Kanter (direktur utama), I Dewa Wirantaya (direktur Pengembangan Usaha), Hartono (direktur Operasi dan Produksi), Elisabeth RT Siahaan (direktur Keuangan dan Manajemen Risiko), dan Achmad Ardianto (direktur Sumber Daya Manusia).
Sementara jabatan komisaris diisi oleh FX Sutijastoto MA (komisaris utama merangkap komisaris independen), Gumilar Rusliwa Somantri (komisaris independen), Anang Sri Kusuwardono (komisaris independen), Bambang Sunarwibowo (komisaris), dan Dilo Seno Widagdo (komisaris).
Di sisi lain, Antam dalam waktu dekat, tepatnya Rabu, 8 Mei 2024. akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Rapat tersebut membahas penggunaan laba bersih hingga perubahan susunan pengurus.
Dikutip dari keterbukaan informasi BEI, ada beberapa mata acara dalam RUPS tersebut. Misalnya, pengesahan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum, persetujuan perubahan anggaran dasar perseroan, dan perubahan susunan pengurus perseroan.
Selain itu, rapat membahas persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan konsolidasian perseroan, persetujuan laporan tugas pengawasan dewan komisaris, serta pengesahan Laporan Keuangan Program Usaha Mikro dan Usaha Kecil (PUMK) untuk tahun buku 2023.
Melihat jebloknya kondisi dan kinerja keuangan Antam saat ini, sudah saatnya bagi Menteri BUMN Erick Thohir untuk merombak susunan pengurus perseroan, terutama untuk jajaran direksi, bahkan jika perlu susunan komisarisnya pun ikut dikocok ulang
The Indonesian