theIndonesian – Pemerintahan baru nanti akan menerima warisan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) sebesar satu juta barel per hari yang ditinggalkan pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesian (CERI) Yusri Usman dalam pesan tertulis yang dikirim ke The Indonesian, Selasa (23/4).
Dia bilang, “Saat ini saja impor minyak dan BBM sudah sangat besar. Bahkan, minyak dan BBM yang diimpor lebih besar daripada produksi dalam negeri, ini sangat mengkhawatirkan katahanan energi nasional.”
Yusri Usman kembali komentar, “Produksi (minyak) nasional saat ini hanya di level 586 ribu barel per hari (bph), sementara yang diimpor sebanyak 840 ribu bph. Defisitnya sangat tinggi.”
Yusri Usman pun kemudian mempertanyakan bagaimana program satu juta bph yang terus digembar-gemborkan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Migas Dwi Soetjipto.
Dia berkata, “PT Pertamina (Persero) ke depan akan impor sekitar satu juta bph untuk kebutuhan dalam negeri, termasuk Kilang TPPI. Jangan terus mengatakan bahwa kondisi sektor hulu migas baik-baik saja.”
Yusri lalu menegaskan bahwa kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut. “Jika kondisi impor tidak bisa dikendalikan, Pertamina setiap hari harus menyediakan dana USD 100 juta untuk membeli minyak dan BBM impor tersebut.”
Yusri lalu kembali bilang bahwa salah satu solusi yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan mencopot Dwi Soetjipto dari kursi kepala SKK Migas.
“Dia (Dwi Soetjipto) harus secepatnya diganti dengan orang yang memiliki kapabilitas dan integritas yang bagus di sektor hulu migas,” ujar Yusri.
The Indonesian