theIndonesian – Kondisi situasi ekonomi dalam negeri yang memprihatinkan, semakin membuat jumlah pengangguran di republik ini terus meningkat.
Bahkan, seseorang yang berpendidikan tinggi pun bukan jaminan bahwa orang tersebut bisa dengan mudah memperoleh pekerjaan di Indonesia, di tengah kondisi yang serba sulit ini.
Adanya faktor melemahnya rupiah dan pengetatan moneter yang dilakukan pemerintah, menjadi salah satu derita yang terus membayangi negeri ini.
Survei Konsumen pada Maret 2024 yang dirilis Bank Indonesia awal pekan ini mengungkapkan, bahwa lulusan pascasarjana atau strata dua (S2) menjadi kelompok konsumen yang mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen terdalam.
Indeks Ekspektasi Konsumen yang mengukur tingkat keyakinan terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang dibanding saat ini, untuk kelompok pascasarjana, anjlok hingga 20,4 poin.
Survei itu menulis, “Para pemegang gelar pascasarjana ini pesimistis kondisi ekonomi akan membaik dalam enam bulan ke depan.”
Survei itu juga menerangkan, “Penyebab utama adalah karena kalangan ini tidak yakin akan ada cukup lapangan kerja di masa mendatang dicerminkan oleh penurunan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja yang ambles sangat dalam sampai 36,7 poin pada Maret.”
Di satu sisi, lanjut survei tersebut, pada saat yang sama indeks tersebut turun single digit pada kelompok konsumen dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Ironi lainnya, konsumen dengan pendidikan akhir pascasarjana di Indonesia juga tidak yakin kegiatan usaha di masa mendatang akan lebih baik.
Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha kelompok ini turun 17,5 poin dibandingkan kelompok pendidikan lebih rendah yang hanya turun lebih kecil.
Sekedar info, lulusan perguruan tinggi yaitu sarjana maupun pascasarjana memang masih sedikit akan tetapi sebenarnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2023 yang terakhir perbarui pada 24 Januari, persentase penduduk usia 15 tahun yang menamatkan pendidikan tinggi mencapai 10,15 persen, meningkat dibandingkan persentase pada 2013 yang baru sebesar 6,9 persen.
Lulusan terbanyak masih didominasi oleh pendidikan menengah atas (SMA) yang mencapai 30,22 persen, meningkat dibandingkan satu dekade silam yang sebesar 24,51 persen.
Sementara berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) sampai Juni 2022, baru 6,41 persen dari 275,36 juta penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi.
Rinciannya, pendidikan D1 dan D2 sebanyak 0,41 persen, lalu D3 1,28 persen, lulusan S1 4,39 persen, dan S2 sebesar 0,31 persen. Adapun lulusan S3 hanya sebanyak 0,02 persen dari jumlah penduduk.
Di sisi lain, hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) terbaru, yaitu Agustus 2023 yang dipublikasikan pada Desember tahun lalu, jumlah penduduk usia kerja di Indonesia (berusia di atas 15 tahun) mencapai 212,59 juta orang.
Berdasarkan jumlah itu, sebanyak 147,71 juta orang adalah angkatan kerja. Namun, baru sebanyak 139,85 juta orang yang bekerja. Sedangkan 7,86 juta orang masih berstatus pengangguran terbuka (benar-benar menganggur).
The Indonesian