theIndonesian – Terus melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bukan hanya disebabkan oleh kondisi eksternal geopolitik dan ekonomi global.
Namun, yang juga menjadi penyebab jebloknya rupiah dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia yang lemah. Hal tersebut diungkapkan Esther Sri Astuti, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), dilansir dari Bloomberg Technoz, Kamis (18/4).
Esther bilang, “Indikator penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah adalah faktor kejutan global dan fundamental ekonomi Indonesia yang lemah.”
Penjelasan Esther, faktor global yang mempengaruhi depresiasi nilai tukar rupiah yakni, ekonomi AS yang menguat, dan mengakibatkan nilai dolar AS menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah.
Faktor lain, adanya konflik geopolitik di Timur Tengah juga mengakibatkan harga minyak yang meningkat menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.
Namun, saat kondisi global mengkhawatirkan, imbuh Esther, fundamental ekonomi indonesia justru lemah karena ketergantungan terhadap dolar AS yang tinggi untuk transaksi pembayaran.
Komentar Esther, “Hal ini tercermin dari tingginya cicilan utang luar negeri beserta bunga, serta volume dan nilai impor masih tinggi. Sementara pendapatan devisa negara kurang karena minimnya ekspor produk domestik, dan sektor pariwisata yang kurang bergeliat.”
Sekedar info, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah. Mata uang Tanah Air menyentuh level yang belum pernah terlihat sejak 2020.
Pada Rabu (17/4) pukul 10.09 WIB, USD 1 setara dengan Rp 16.235 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,37 persen dibandingkan kemarin dan menempati posisi terlemah sejak April 2020 atau empat tahun terakhir.
The Indonesian | Bloomberg Technoz