theIndonesian – Rupiah terus semakin jeblok belakangan ini. Lihat saja, pada pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (2/4), rupiah melampaui level terlemah sejak 2020. Data Bloomberg menunjukkan, ketika rupiah spot dibuka pada pukul 09:05 WIB, mata uang kebanggaan republik ini langsung terjun bebas ke level Rp 15.963 per dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah menjadi mata uang Asia pelemahan terdalam, hilang 0,42 persen dari nilai posisi penutupan hari sebelumnya, Senin (1/4). Perlu diketahui, nilai rupiah tersebut menjadi yang terlemah ketika terjadi pandemi Covid-19 pada 2020. Kala itu rupiah sempat tembus di atas Rp 16.000 per dolar AS.
Dikutip dari Bloomberg Technoz, berdasarkan hasi analisis, secara teknikal nilai rupiah telah menjebol level support dan bergerak di kisaran Rp 15.930 hingga Rp 15.970 per dolar AS. Jika tekanan pelemahan cukup besar di pasar, ada trendline garis kuning pada level Rp 16.000 per dolar AS yang akan menjadi support terakhir, sekaligus support psikologis rupiah.
Di satu sisi, mayoritas mata uang Asia pagi ini juga tenggelam tertekan oleh penguatan tiba-tiba dolar AS akibat sentimen data manufaktur AS yang mengikis peluang penurunan bunga acuan Federal Reserve tahun ini, karena kekhawatiran akan terjadinya lonjakan inflasi lagi di negeri itu.
Indeks dolar AS masih bertahan perkasa di 105,039 pagi ini. Sementara di belakang rupiah, mata uang Asia lain juga melemah cukup besar. Ringgit Malaysia turun 0,38 persen, lalu won Korea Selatan dan dolar Taiwan juga melemah 0,29 persen. Disusul oleh baht Thailand yang melemah 0,24 persen, lalu peso Filipina 0,18 persen.
Di pasar offshore, rupiah NDF satu bulan juga semakin terperosok mendekati level psikologis Rp 16.000 per dolar AS. Pantauan sejauh ini, NDF USDIDR satu bulan bergerak melemah di Rp 15.977 per dolar AS, tinggal sejengkal lagi menjebol support psikologisnya.
Data kinerja manufaktur AS memperlihatkan perekonomian negeri itu masih sangat kuat sehingga memberi lebih banyak alasan bagi bank sentral, Federal Reserve, untuk tidak bergegas menurunkan bunga acuan. Sentimen terakhir itu melesatkan yield surat utang AS, treasury, di semua tenor. Tenor 10Y naik tertinggi hingga 11 bps mendekati level tertinggi tahun ini, saat ini di 4,30 persen.
Lonjakan imbal hasil treasury itu akan semakin mempersempit selisih yield dengan surat utang Indonesia, kini sekitar 235 bps, dengan yield 10Y di 6,64 persen. Hal itu dapat memicu arus keluar modal asing lebih besar dari pasar domestik dan makin menekan nilai rupiah.
The Indonesian | Bloomberg Technoz