theIndonesian – Manajemen PT Aneka Tambang Tbk alias Antam membocorkan soal kabar terburunya terkait kerja sama proyek baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dengan raksasa baterai asal Cina, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). Sebelumnya, investasi proyek penghiliran nikel menjadi baterai EV Antam dengan CATL mencapai USD 420 atau sekitar Rp 6,5 triliun, dan sudah resmi diteken.
Syarif Faisal Alkadrie, sekretaris perusahaan Antam, saat media gathering, Senin (26/3/2024) petang, berkata, proyek baterai tersebut akan melibatkan investasi smelter nikel berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF), kawasan industri, serta smelter berbasis berbasis high pressure acid leaching (HPAL). Semua konstruksi itu akan mulai dilakukan pada 2025.
Penjelasan Faisal, konstruksi smelter RKEF, HPAL, dan kawasan industri tersebut merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli (sales purchase agreement/SPA) saham pada anak usaha Antam, PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan PT Feni Haltim (FHT), dengan anak usaha CATL, HongKong CBL Limited (HKCBL), anak usaha Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) pada 28 Desember 2023.
Faisal bilang, “Saat ini tahap feasibility study (studi kelayakan). Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai bisa membangun. Mudah-mudahan lancar, sesuai target, tahun depan kami sudah mulai bisa konstruksi.”
Direktur Utama Antam Nicholas D Kanter menambahkan, salah satu pembahasan dalam studi kelayakan tersebut adalah soal penggunaan energi gas sebesar 60 megawatt untuk smelter HPAL. Penegasan dia, pihaknya harus memastikan nilai keekonomian dari proyek tersebut.
“Penggunaan gas dilakukan seiring dengan komitmen environmental, social and governance (ESG) kami dan adanya tuntutan untuk memproduksi nikel hijau atau ramah lingkungan atau green nickel,” kata Niko.
Seperti diketahui, kerja sama antara Antam dan CATL bertujuan pengembangan ekosistem pembuatan pabrik baterai EV dari hulu ke hilir. Ruang lingkup kerja sama tersebut adalah penambangan bijih nikel, smelter RKEF dan kawasan industri, smelter HPAL, pabrik bahan baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai.
Antam melalui SDA bakal terlibat dalam pertambangan nikel dengan anak usaha CATL, HongKong CBL Limited (HKCBL). Struktur dari kerja sama tersebut adalah Antam punya saham sebanyak 51 persen dan HKCBL 49 persen melalui skema divestasi anak perusahaan Antam.
Antam melalui FHT juga bakal terlibat dalam pembangunan smelter RKEF dan kawasan industri yang menghasilkan produk nickel pig iron (NPI). Antam punya 40 persen saham dan HKCBL 60 persen saham, juga melalui skema divestasi anak perusahaan Antam.
Kemudian, perusahaan patungan HPAL JVCo antara Antam dan HKBCL bakal membangun smelter HPAL untuk menghasilkan produk mixed hydroxide precipitate (MHP). Skema kerja samanya adalah pembentukan JVCo dengan komposisi saham Antam 30 persen dan HKCBL 70 persen.
Selanjutnya, Antam juga memiliki saham di PT Indonesia Battery Corporation (IBC) , pabrik yang akan menghasilkan bahan baku baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai. IBC adalah perusahaan patungan antara Antam, PT Inalum, Pertamina New and Renewable Energy (RNE), dan PT PLN (Persero).
The Indonesian