theIndonesian – Berdasarkan data dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga per 2022, dilansir Senin (25/3), Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebanyak 17,6 miliar dengan cadangan bijih mencapai 5,2 miliar ton.
Melimpahnya sumber daya dan cadangan bijih nikel tersebut menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel nomor satu di dunia, dengan kontribusi lebih dari separuh produksi dunia. Badan Geologi Kementerian ESDM juga merinci di mana saja wilayah di Indonesia yang kaya akan tambang nikel tersebut.
Peringkat pertama ada Sulawesi. Pulau ini berkontribusi sebesar 60,1 persen. Rinciannya, sumber daya 10,6 miliar ton dan cadangan bijih nikel 3,4 miliar ton. Kemudian diikuti Maluku diperingkat kedua dengan sumber daya dan cadangan bijih nikel masing-masing sebesar 6,1 miliar ton dan 1,7 miliar ton.
Posisi ketiga ada Papua dengan sumber daya dan cadangan bijih nikel masing-masing sebesar 840,5 juta ton dan 86 juta ton. Secara keseluruhan, total sumber daya logam nikel nasional sebesar 177,8 juta ton dan cadangan logam nikel mencapai 57,1 juta ton.
Berikut ini sebaran sumber daya dan cadangan nikel di Tanah Air berdasarkan sumber dari Badan Geologi Kementerian ESDM:
Kalimantan
– Sumber daya bijih nikel: 21,73 juta ton
– Sumber daya logam nikel: 275.000 ton
– Cadangan bijih nikel: 10,98 juta ton
– Cadangan logam nikel: 129.000 ton
Sulawesi
– Sumber daya bijih nikel: 10,63 miliar ton
– Sumber daya logam nikel: 108,72 juta ton
– Cadangan bijih nikel: 3,41 miliar ton
– Cadangan logam nikel: 35,30 juta ton
Maluku
– Sumber daya bijih nikel: 6,17 miliar ton
– Sumber daya logam nikel: 60,46 juta ton
– Cadangan bijih nikel: 1,73 miliar ton
– Cadangan logam nikel: 20,64 juta ton
Papua
– Sumber daya bijih nikel: 840,53 juta ton
– Sumber daya logam nikel: 8,29 juta ton
– Cadangan bijih nikel: 86,09 ton
– Cadangan logam nikel: 1,03 juta ton
Sumatera
– Sumber daya bijih nikel: 8,29 juta ton
– Sumber daya logam nikel: 60.000 ton
– Cadangan bijih nikel: – ton
– Cadangan logam nikel: – juta ton
Klaim Kementerian ESDM, cadangan nikel saprolite di Indonesia masih akan bertahan hingga 13 tahun ke depan, sementara nikel limonite cukup hingga 33 tahun ke depan. Hal itu diungkapkan Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno, belum lama ini.
Sekedar info, saprolite merupakan nikel kadar tinggi dan banyak diolah melalui sistem rotary kiln electric furnace (RKEF). Nikel ini menghasilkan produk berupa nickel pig iron (NPI), feronikel (FeNi), atau nickel matte untuk bahan baku baja nirkarat atau stainless steel.
Kemudian limonite. Nikel kadar rendah yang umumnya diolah melalui sistem high pressure acid leaching (HPAL) untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang dibutuhkan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Badan Geologi Kementerian ESDM juga mencatat, Indonesia memiliki potensi formasi pembawa nikel hingga dua juta hektare (ha), di mana dari luasan tersebut baru sekitar 800 ribu ha yang sudah tereksplorasi dan menjadi izin usaha pertambangan (IUP).
Badan Geologi Kementerian ESDM juga mengeluarkan daftar enam tambang nikel terbesar di Tanah Air. Tambang nikel tersebut adalah:
1. Blok Sorowako
Blok Sorowako merupakan konsensi tambang nikel dengan operasi penambangan terbuka yang dikelola PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Lokasinya berada di Luwu Timur, Sulawesi Selatan dengan luas 70.566 ha.
Vale menambang bijih nikel kadar tinggi atau saprolit untuk kebutuhan pabrik nikel matte di Sorowako. Vale ke depannya juga akan menambang bijih nikel kadar rendah atau limonit untuk diproses lebih lanjut menjadi produk MHP.
Vale Indonesia merupakan pemegang kontrak karya dengan total luas konsesi 118.017 ha yang meliputi Blok Sorowako; Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah (22.699 ha); serta Blok Pomalaa dan Sua-Sua, Sulawesi Tenggara (24.752 ha).
2. Proyek Weda Bay Nickel
Tambang Weda Bay Nickel yang berlokasi di Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, Maluku Utara telah beroperasi sejak 2019. Tambang nikel ini dioperasikan oleh PT Weda Bay Nickel (WBN) yang mayoritas sahamnya kini dimiliki oleh perusahaan asal Cina, Tsingshan (51,3 persen) dan perusahaan asal Prancis, Eramet (37,8 persen). Sisanya, dimiliki oleh pemerintah Indonesia melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sebesar 10 persen.
Eramet menyumbangkan keahliannya dalam operasi penambangan, sementara Tsingshan mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel. Sebelum beralih menjadi pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK), PT WBN merupakan perusahaan kontrak karya generasi VII yang ditandatangani pada 19 Februari 1998 dengan luas wilayah 54.874 ha dan total cadangan sebesar 132 juta ton bijih dengan kadar nikel satu persen hingga 1,4 persen. Sumber daya deposit Weda Bay Nickel saat ini diperkirakan mencapai 12,2 juta ton nikel dengan rata-rata kandungan nikel 1,48 persen.
3. Pulau Gag
Tambang nikel yang berlokasi di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat ini memiliki luas wilayah kontrak karya 13.136 ha dan area izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) 603,25 ha. Izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) tambang ini dipegang oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam Tbk.
Berdasarkan Laporan Tahunan Antam 2022, total sumber daya nikel tambang Gag mencapai 315,57 juta wet metrik ton (wmt) yang terdiri atas bijih nikel kadar rendah 154,61 juta wmt dan nikel kadar tinggi 160,96 juta wmt. Sementara itu, total cadangannya mencapai 63,44 juta wmt dengan perincian bijih nikel kadar rendah 13,85 juta wmt dan kadar tinggi 49,59 juta wmt.
4. Kawasi
Izin usaha pertambangan (IUP) tambang Kawasi dipegang oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk. Tambang nikel ini berada di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan memiliki luas 4.247 ha. Berdasarkan Laporan Tahunan 2022 Trimegah Bangun Persada, total cadangan tambang Kawasi per 31 Desember 2022 sebesar 108,4 juta wet metrik ton (wmt) dengan sisa cadangan 84,51 juta wmt.
5. Proyek Asera
Deposit Asera dengan luas area sekitar 2.000 ha berlokasi di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Penambangan bijih nikel di deposit Asera dilakukan dengan metode tambang terbuka. Berdasarkan Joint Ore Reserves Committee (JORC), deposit Asera memilki estimasi sumber daya lebih dari 16 juta metrik ton bijih nikel dengan kadar nikel rata-rata 1,5 persen.
Tambang nikel ini dikelola oleh PT Bumi Konawe Minerina yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Aquila Mine Pte Ltd (62,7 persen), afiliasi perusahaan tambang yang bermarkas di Swiss, Solway Investment Group. Sisanya, dimiliki oleh PT Mahawira Palasara Agung (37,3 persen).
6. Tambang Bahoomoahi
Deposit Bahoomoahi memiliki luas kurang lebih 1.400 ha yang terletak di Morowali, Sulawesi Tengah. Tambang nikel ini juga dimiliki oleh Solway Investment Group melalui PT Sulawesi Resources.
Menurut perkiraan internal Solway, deposit Bahomoahi memiliki estimasi sumber daya sebesar 14 juta metrik ton, dengan potensi tambahan 13 juta metrik ton bijih nikel dengan kadar nikel rata-rata 1,9 persen. Solway memperkirakan deposit ini memiliki potensi kapasitas produksi sebesar 100.000 metrik ton bijih nikel per bulan.
The Indonesian