theIndonesian – Pasca-pengumuman pemenang pilpres 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu (20/3), sempat terjadi euforia bahwa ke depan kondisi ekonomi di republik ini akan semakin membaik. Namun, kondisi tersebut tidak bertahan lama di pasar keuangan Indonesia.
Patut diketahui, saat ini harga obligasi dan saham di Tanah Air terkapar, di tengah kejatuhan lagi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendekati level psikologis Rp 15.800 per dolar AS.
Dikutip dari Bloomberg Technoz, Jumat (22/3), kondisi pasar surat utang (SBN) pun ikut terperosok dengan imbal hasil semua tenor naik sampai siang ini. Tenor 2Y naik tipis 0,2 bps, sementara tenor 10Y naik 0,3 bps.
Sementara IHSG tergerus tipis 0,01 persen pada sesi pertama hari ini. Rupiah melemah 0,77 persen ke level Rp 15.789 per dolar AS, menjadi valuta Asia terlemah kedua setelah won Korea Selatan yang ambles 1,26 persen terhadap dolar AS sejauh ini.
Kondisi tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran terhadap defisit fiskal APBN yang melebar pada tahun depan, pada era pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto, karena adanya program makan siang gratis, serta terkait gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh dua calon presiden lain.
Berdasarkan catatan Bloomberg, arus modal asing dari Indonesia telah keluar sedikitnya USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 17,29 triliun sejak 14 Februari lalu. Tekanan jual di pasar keuangan domestik terutama berlangsung di pasar surat utang (SBN).
Pemodal asing juga terbebani oleh ketidakpastian terkait gugatan dua kandidat calon presiden lain yaitu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo ke MK. Gugatan atas hasil pilpres itu bisa berujung pada pemilihan ulang yang dapat memperpanjang periode ketidakpastian baru.
Sedikit info, pada hari ketika Prabowo diumumkan sebagai pemenang pilpres oleh KPU, pemodal asing di pasar SBN justru banyak menjual surat utang. Data Bloomberg mencatat, net foreign investment di SBN mencapai Rp 334,48 miliar SBN pada hari itu.
Keesokan harinya, yakni ketika sentimen pasar sebetulnya tengah mencatat euforia pasca FOMC The Fed, investor asing masih melanjutkan penjualan dengan nilai lebih besar, mencapai Rp 1,29 triliun. Alhasil, kepemilikan asing di SBN kembali turun ke Rp 817,13 triliun per 21 Maret. Pada hari itu, gugatan Anies dan Ganjar juga resmi dilayangkan ke MK.
Sementara di pasar saham, investor asing kemarin masih mencatat net buy Rp 556,03 miliar. Namun, bila mengitung rata-rata lima hari, MA-5, arus modal asing ke pasar saham turun jadi USD 3,17 juta, lebih kecil dibanding pergerakan 20 hari MA-20 yang mencapai USD 18 juta.
Selain sentimen dalam negeri, tekanan yang dihadapi oleh rupiah dan pasar keuangan domestik hari ini juga tidak bisa dilepaskan dari pembalikan arah di pasar regional akibat kebangkitan dolar AS.
Dolar yang semula lesu kini kembali perkasa kemungkinan karena pelaku pasar baru mempertimbangkan sinyal lain dari FOMC The Fed tentang potensi suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,2 persen, sementara MSCI Asia Pasifik yang mengukur bobot saham di kawasan Asia Pasifik tergerus 0,8 persen.
Defisit fiskal
Danny Suwarnapruti dari Strategist dari Goldman Sachs, dalam catatannya menulis, masih dilansir dari Bloomberg Technoz, para investor dan hedge fund telah menyatakan kekhawatirannya pada potensi pelebaran defisit fiskal oleh pemerintahan baru mendatang karena program makan siang gratis yang diunggulkan Prabowo masih belum disertai perincian tentang bagaimana program itu akan dibiayai Kemudian, pengelola dana global juga mencermati bagaimana program dengan biaya luar biasa itu bisa berkelanjutan.
Managing Director GlobalData TS Lombard di London, Jon Harrison, ikut komentar, “Menjadi penting bahwa ekspansi fiskal dilakukan dengan cara yang berkelanjutan sehingga kami harus memperhatikan janji belanja dengan hati-hati.”
Perlu diketahui, kondisi fiskal yang bisa terdampak bisa mempengaruhi tingkat imbal hasil aset rupiah lebih tinggi yang akan memicu kenaikan biaya utang pemerintah. Faktanya, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah komentar, defisit fiskal APBN 2025 kemungkinan melebar jadi 2,45 persen hingga 2,80 persen dari Produk Domestik Bruto. Jauh meningkat dibandingkan defisit APBN 2024 sebesar 2,29 persen.
The Indonesian | Bloomberg Technoz