theIndonesian – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali akan memangkas jumlah BUMN yang ada saat ini. Bahkan, Kementerian telah merancang peta jalan (road map) untuk periode 2024–2034.
Menteri Erick berkata, peta jalan tersebut terkait rencana konsolidasi BUMN, termasuk memangkas jumlah perusahaan BUMN menjadi hanya tersisa 30. Kata Erick di Jakarta, Selasa (5/3), “Kalau bisa BUMN berjumlah 30-an. Sekarang menjadi 41 pun baru tahun ini. Ke depan hanya tinggal 30-an.”
Perlu diketahui, sejak awal menjabat pada 2019, Erick telah merencanakan pengurangan jumlah BUMN. Pada Juni 2020, Kementerian BUMN telah mengurangi jumlah entitasnya dari 142 perusahaan menjadi 107 perusahaan.
Ini dilakukan sebagai bagian dari program restrukturasi BUMN, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja BUMN. Menurut Erick, BUMN harus memiliki tiga pilar. Pertama, BUMN harus menjadi korporasi yang sehat agar dapat berkontribusi terhadap pendapatan negara melalui pajak dan dividen.
Pilar kedua, BUMN harus memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi. Pilar ketiga, BUMN harus menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, apalagi saat ini sebanyak 92 persen dari total kredit ultra mikro dan mikro di Indonesia disalurkan oleh BUMN.
Terpisah, data PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) per 8 Maret 2024 menunjukkan, saat ini ada 22 BUMN yang dalam kondisi ‘sakit’, di mana sebanyak tujuh di antaranya sudah dibubarkan.
BUMN yang telah dibubarkan antara lain, PT Istaka Karya, PT Kertas Leces, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Industri Gelas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Sandang Nusantara, dan PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional.
Sementara BUMN yang dalam kondisi ‘sakit’ sebut saja, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT Industri Kapal Indonesia, PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT Djakarta Lloyd, dan PT Varuna Tirta Prakasya. Kemudian, PT Persero Batam, PT Inti, Perum Percetakan Negara, PT Indah Karya, PT Amarta Karya, PT Semen Kupang, PT Primissima, dan PT PANN Pembiayaan Maritim.
The Indonesian