theIndonesian – Dugaan kasus korupsi terkait pembelian saham perusahaan minyak yang berbasis di Prancis, Maurel & Prom (M&P), yang dilakukan PT Pertamina (Persero), kini sedang diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Proses akuisisi tersebut dilakukan Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), dalam kurun waktu 2012 hingga 2020.
“Masih lidik,” kata juru bicara KPK Ali Fikri, kepada awak media di Jakarta, Kamis (22/2). Dia menambahkan, saat ini KPK belum bisa mengungkap lebih detail mengenai penyelidikan indikasi dugaan korupsi tersebut.
Penjelasan Ali, pihaknya tidak bermaksud menutup-nutupi informasi. Namun, imbuh dia, penyelidikan termasuk dalam informasi yang dikecualikan. “Jangan sampai terganggu dari kegiatan teman-teman penyelidik dan penyidik di dalam menyelesaikan perkaranya,” ujar dia.
Terpisah, sebelumnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga telah melakukan proses audit terhadap tranksasi pembelian saham tersebut. Bahkan, BPK dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif (LHP PI) menemukan adanya indikasi penyimpangan. LHP PI itu diserahkan Wakil Ketua BPK Hendra Susanto kepada ketua sementara KPK Nawawi Pomolango pada 15 Januari lalu.
Kala itu, BPK juga juga menyerahkan LHP PKN pengadaan liquefied natural gas (LNG) Corpus Christi Liquefaction LLC pada Pertamina. Kedua kasus itu saat ini telah naik ke tahap penyidikan. Bahkan, kasus LNG sudah disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat.
Dikutip dari situs resmi BPK, disimpulkan bahwa terdapat penyimpangan berindikasi tindak pidana dalam kegiatan investasi tersebut. Kegiatan bisnis itu diduga menimbulkan kerugian negara hingga mencapai puluhan juta dollar Amerika Serikat. “Setidaknya sebesar USD 60.000.000,00,” tulis situs BPK.
***
Sebelumnya, pada medio 2017, berdasarkan catatan TheIndonesian.id, PIEP sempat melakukan penambahan saham dalam proses penawaran (tender offer) saham Maurel & Prom pada tahap pertama.
Kala itu, porsi saham Pertamina di M&P menjadi 64,46 persen. Penambahan saham itu berdasarkan hasil dari tender offer yang telah diumumkan oleh Autorité des marchés financiers (AMF) Prancis pada 25 Januari 2017, terhitung mulai 1 Februari 2017.
Aksi korporasi tersebut membuat PIEP mengendalikan sebanyak 125.924.574 lembar saham dan hak suara di M&P, yang setara dengan 64,46 persen saham dan 63,35 persen hak suara di M&P. Sebelumnya, saham PIEP di Maurel & Prom hanya 24,53 persen.
Di satu sisi, PIEP juga mengendalikan sebanyak 6.845.626 ORNANE (obligasi yang dapat ditukar dengan uang dan saham) 2019, atau setara dengan 46,70 persen dari outstanding ORNANE 2019.
PIEP pun memegang 3.848.620 ORNANE 2021, yang setara dengan 36,88 persen dari outstanding ORNANE 2021. Kala itu juga diputuskan pembayaran kepada pemilik ORNANE akan dilakukan pada saat penyelesaian transaksi sekaligus penyerahan ORNANE kepada perusahaan dengan nilai 17,28 euro per ORNANE 2019 (yaitu nilai nominal plus bunga sebesar 0,02 euro), dan 11,05 euro per ORNANE 2021 (yaitu nilai nominal plus bunga sebesar 0,03 euro).
***
Sekedar informasi tambahan, konon waktu itu PIEP membeli 24,5 persen saham M&P dari Jean-François Hénin, yang kala itu menjabat sebagai sebagai chairman of the board of directors dari M&P. PIEP membeli saham M&P dari Henin yang memiliki saham M&P melalui sebuah perusahaan bernama Pacifico.
Banyak orang di Indonesia tidak mengenal sosok Henin. Berdasarkan penelusuran, Henin merupakan lulusan dari Paris Institut d’Administraton des Entreprises (IAE Paris Sorbonne) jurusan ekonomi.
Dia sempat menjadi bekerja sebagai asisten bendahara di Bull (1970-1971), lalu berturut-turut pindah ke Pechiney Ugine-Kuhlmann (1971-1972), sebagai bendahara di Carnation (1972-1979), dan sempat menjadi salah satu direksi di Lyon pada 1979-1982.
Pada Mei 1982, Henin direkrut oleh pria bernama Alain Gomez untuk duduk sebagai bendahara di lembaga keuangan bernama Thomson CSF (1982-1990). Henin kemudian mereorganisasi Thomson CSF Finance menjadi sebuah bank yang melakukan sejumlah tindakan spekulatif.
Tindakan yang dilakukan Henin tersebut sempat membuat mata uang dolar jatuh pada 1984 dan dia pun diduga menjadi penyebab terjadinya ‘kecelakaan keuangan’ pada 1987.
Dia kemudian memeroleh julukan ‘Mozart Keuangan’. Thomson CSF pada 9 Februari 1990 kemudian menjual anak usahanya kepada salah satu perusahaan di Lyon dan berganti nama menjadi Altus Finance.
Hénin menjabat sebagai chief executive officer di Maurel & Prom sejak 14 Juni 2007 hingga 26 Mei 2014, dan didapuk sebagai chairman of the board sejak 26 Mei 2014. Sebelumnya, Henin duduk sebagai president di Hocol-Maurel & Prom Venezuela SAS.
Lalu Henin juga pernah menjabat sebagai chairman of the management board untuk Maurel & Prom SA sejak 28 Desember 2004 hingga 14 Juni 2007. Dia pun pernah sebagai manager and president di Areopage SA.
Dia juga sempat mencicipi jabatan elite sebagai chairman-chief executive officer di Electricité et Eaux de Madagascar sejak 1994 hingga 2000. Karier Henin terus berlanjut. Dia juga pernah duduk sebagai chairman-chief executive officer di Maurel & Prom Kongo dan sebagai chairman and chief executive officer di Zetah M&P Kongo.
Henin lahir pada 26 Mei 1944 disebuah kastil bernama Saint-Aubin-sur-Loire. Dia merupakan putra dari Profesor Stéphane Hénin dan merupakan saudara dari Profesor Pierre-Yves Hénin, serta paman dari seorang jurnalis di Prancis bernama Nicolas Hénin.
***
François Hénin pernah dituduh ikut terlibat dalam kasus penerbitan ‘obligasi sampah’ yang dikeluarkan sebuah bank di Prancis bernama Credit Lyonnais. Bank tersebut akhirnya diperintahkan oleh pengadilan di Los Angeles, Amerika Serikat, di medio Januari 2004, membayar denda sebesar USD 100 juta, seperti dilansir dari sandiegouniontribune.com, beberapa tahun silam.
Henin kala itu yang duduk sebagai managing director di Altus Finance SA, disangkakan oleh jaksa penuntut ikut menyembunyikan peran dari Credit Lyonnais dalam penerbitan ‘obligasi sampah’ tersebut.
Altus Finance adalah anak usaha dari Credit Lyonnais yang dipimpin oleh Henin. Awalnya, Altus merupakan anak usaha dari Thomson-CSF dengan nama Thomson CSF Finance. Altus kemudian diakuisisi pada Februari 1990 oleh Credit Lyonnais.
Dia pun pada medio Juli 2006, seperti dilansir dari latimes.com, sempat mengaku bersalah dan ikut berperan untuk berbohong kepada otoritas di Amerika Serikat sepanjang 1991 untuk mengambilalih sebuah perusahaan yang berbasis di Los Angeles bernama Executive Life Insurance Co.
Henin akhirnya sepakat untuk membayar denda sebesar USD 1 juta dan dihukum oleh pengadilan federal di Los Angeles dengan masa percobaan selama lima tahun. Dia pun sempat tidak diizinkan untuk masuk ke Amerika Serikat.
(TheIndonesian)