theIndonesian – Dewasa ini, memiliki sebuah apartemen dan hidup di apartemen mewah sudah menjadi pilihan kaum mapan. Ketimbang membeli rumah mewah yang letaknya sangat jauh dari pusat kota, lebih baik membeli sebuah apartemen yang berada di pusat kota, dekat dengan pusat kegiatannya. Toh, besarnya anggaran yang dikeluarkan tidak akan jauh berbeda.
Kaum borjuis Jakarta telah menjadikan hidup di apartemen mewah sebagai gaya hidup mereka. Uniknya, mereka yang hidup di apartemen ini kebanyakan sudah memiliki rumah pribadi di luar kota Jakarta. Namun, karena tempat kerja atau pusat kegiatan mereka berada di pusat kota, mereka memilih tinggal di apartemen yang berdekatan dengan pusat kegiatannya.
Konsep hunian yang dipakai dalam hampir setiap apartemen mewah rata-rata menomorsatukan kenyamanan penghuni. Dalam satu unit apartemen mewah biasanya terdapat ruang tamu yang bersatu dengan ruang keluarga, ruang tidur, lemari built in, ruang makan, dapur lengkap dengan kitchen set, dan kamar mandi. Bahkan, ada beberapa unit yang juga menyediakan ruang kerja atau ruang belajar.
Fasilitas yang tersedia pun dibuat selengkap mungkin, mulai dari garasi mobil, lobi atau ruang menerima tamu, kolam renang, fitness centre, laundry, hingga sistem keamanan 24 jam.
Sebagian besar apartemen mewah, biasanya disediakan beberapa kamar tidur. Bahkan, ada beberapa apartemen mewah di mana dinding-dinding antar-ruang dalam sebuah unit apartemen dibuat dari kaca. Ini dimaksudkan agar ruangan di dalam apartemen bisa terlihat lebih luas.
Untuk pemeliharaan apartemen, biasanya pihak pengelola mewajibkan penghuni membayar uang pemeliharaan. Di apartemen mewah di Jakarta, setiap pemilik/penghuni diwajibkan membayar maintenance fee yang besarnya bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Biaya ini sudah meliputi biaya listrik, air, keamanan, AC, dan lainnya.
Kelebihan utama dari apartemen mewah, sistem keamanan di dalam apartemen sangat diperhatikan. Sistem keamanan 24 jam yang diterapkan memang menjadi kebutuhan penting bagi para penghuni apartemen. Bahkan, lift yang ada pun hanya bisa dipakai para pemilik kunci apartemen.
Jadi, tamu tidak sembarang bisa masuk sampai depan pintu apartemen. Anda akan berurusan dengan petugas keamanan terlebih dahulu sebelum bisa masuk ke apartemen kerabat Anda. Sayangnya, ada kalimat sumir yang mengatakan tinggal di apartemen mewah hanya untuk menunjukan eksistensi pesudo life style, gaya hidup semu semata.
Publik mahfum, hanya orang-orang berkantung tebal (miliader) yang mampu membeli hunian di langit Jakarta. Hanya kaum borjouis Jakarta yang mampu membeli ruang mewah di lantai 30-50 yang berjarak 150 meter-200 meter dari ketinggian tanah dan dapat melihat ufuk Jakarta dari jendela ruangannya.
Sistem penjualan apartemen mewah tersebut rata-rata dilakukan tanpa promosi yang gencar atau besar-besaran. Meskipun dijual dengan “agak tertutup”, namun apartemen mewah tersebut mampu terserap pasar dalam waktu singkat.
Investasi
Apa yang membuat pengembang terus tertarik membangun proyek kondominium baru ini? Ini penyebabnya, walaupun ceruknya terbatas, namun untuk segmen tersebut masih memiliki pangsa pasar.
Rata-rata apartemen mewah tersebut digunakan untuk investasi. Uniknya, jarang apartemen mewah yang dipergunakan untuk apartemen servis yang disewakan kembali.
Sebut saja Jhony (40)—nama samaran—yang berprofesi sebagai pemilik sebuah perusahaan sekuritas ternama di Jakarta. Tinggal di apartemen mewah menurut Jhony sebagai bagian dari “menikmati keberhasilan” yang ia tempuh selama ini.
“Cari uang susah payah untuk apa kalau tidak untuk dinikmati? Selain menikmati hidup, memiliki apartemen mewah juga menjadi bagian dari investasi. Saya juga memiliki rumah horisontal, tapi lebih nyaman tinggal di apartemen,” ujar pemilik mobil Porsche Panamera, ini.
Dia menambahkan, setiap bulannya untuk membayar service charge, dia sedikitnya mengeluarkan dana sebesar Rp 18 jutaan. Itu belum ditambah living cost. Bagi Jhony yang berpenghasilan Rp 200 jutaan per bulan, total ia harus mengucurkan dana sebesar Rp 80 jutaan untuk tinggal di apartemen mewah setiap bulannya. “Itu sudah termasuk biaya kebutuhan saya dan keluarga setiap bulan,” ungkap dia.
Berbeda dengan Jhony, bagi Amir (37) yang juga pemilik perusahaan sekuritas, walaupun memiliki apartemen mewah dia merasa lebih membumi tinggal di rumah horisontal. “Apartemen hanya sebagai investasi,” ujar dia.
Walaupun memiliki dua unit apartemen mewah, namun Amir hingga kini masih tinggal di rumah horisontal. “Saya tinggal di apartemen saat masih bujang, setelah beristri dan memiliki anak, saya langsung pindah ke rumah horisontal. Alasannya demi anak. Tinggal di rumah horisontal membuat anak-anak dapat lebih bersosialisasi dengan lingkungannya,” kata Amir.
Saat ini di Jakarta, setidaknya ada lebih dari 10 apartemen mewah dengan harga jual minimal di kisaran Rp 20 miliar per unitnya. Luas per unit apartemen mewah tersebut rata-rata minimal 300 m².
Sebagian besar apartemen tersebut berada di kawasan segitiga emas dan pusat bisnis Jakarta, seperti Jalan Jenderal Sudirman, kawasan SCBD, dan kawasan Mega Kuningan.
Beberapa nama apartemen mewah dengan harga maksimal tertinggi dan cukup familiar di telinga masyarakat adalah, Pakubuwono Residences, Airlangga Residences, The Capital Residences, Da Vinci Penthouse, dan Sudirman Mansions. Anehnya berapapun harga yang ditawarkan di apartemen mewah, apartemen tersebut selalu ludes bak pisang goreng.
Da Vinci
Beberapa tahun lalu, ketika pasangan pengusaha sukses Tony dan Doris Phua membangun Da Vinci Tower di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, banyak kalangan menduga bahwa menara megah dengan ornamen Yunani klasik itu hanya akan dipakai sebagai showroom untuk memajang produk-produk furnitur Da Vinci.
Maklum, sebagai pemain bisnis furnitur mewah, Da Vinci dikenal memiliki varian produk yang banyak dan selalu berganti-ganti produk dan jenis, sehingga butuh properti luas untuk memajangnya. Namun, sekarang orang tahu ternyata di menara megah setinggi 36 lantai itu juga ada peruntukan unit-unit apartemen supermewah, yang disebut Da Vinci Penthouse (DVP).
Bisnis furnitur Da Vinci dimulai pada 1978. Ketika itu Doris mulai bekerja sebagai demonstrator produk perlengkapan memasak bermerek Fissler asal Jerman. Pelan tapi pasti, peran ini sukses dia jalankan.
Hingga pada 1980, statusnya naik menjadi distributor produk itu. Sebagai distributor, kinerjanya cukup impresif. Dia pun dilabeli sebagai importir Fissler paling sukses di Asia.
Pada 1993, Doris mengunjungi pameran furnitur di Milan, Italia. Pada kunjungannya itu dia semakin terpacu untuk segera berbisnis furnitur premium dengan konsep yang berbeda. Di sana, dia mendapatkan intuisi bisnis bahwa sebenarnya banyak produk furnitur yang berpotensi laris dijual di Asia.
Sepulang dari Milan, dia bersama suaminya Tony Phua, pengembang ternama di Singapura, mendirikan DV HPL di Singapura. Da Vinci didesain bukan lagi sebagai perusahaan distributor peralatan masak, tapi distributor atau penjual furnitur premium. Konsep Da Vinci menyatukan berbagai merek furnitur top dunia dalam satu gerai.
Pilihan diferensiasi ini dilakukan karena sebelum Da Vinci lahir, biasanya toko furnitur hanya menjual satu merek. Da Vinci menawarkan konsep one stop shopping berbagai merk furnitur ternama dunia.
Sementara nama Da Vinci diambil dari nama maestro pelukis Italia, Leonardo Da Vinci, lukisan masterpiece-nya, Mona Lisa, dipampang jelas di depan pintu utama Menara Da Vinci Jakarta.
DVP mengambil lokasi di lantai 14 hingga 32 di Da Vinci Tower. Jumlah unit apartemen yang dipasarkan sengaja dibuat terbatas (eksklusif), konon hanya 28 unit. Dengan jumlah unit terbatas, diharapkan para penghuni lebih leluasa menikmati fasilitas penthouse (griya tawang), seperti lapangan tenis, kolam renang, sauna, ruang perpustakaan, private fitness centre, function hall, dan sebagainya.
Sejauh ini, ada tiga tipe unit yang publi ketahui, yakni Penthouse, Deluxe Penthouse dan Grand Penthouse. Tiap unit memiliki luas 453 m² dan 416 m². Da Vinci Penthouse pernah menjadi satu-satunya penthouse dengan gaya desain klasik di Asia.
DVP dibangun dengan tiga konsep, yakni secure, privasi dan elegan. Secure karena sistem keamanannya terjamin dengan pengawalan puluhan satpam. Jadi, tiap tamu yang datang akan didampingi seorang satpam hingga bertemu dengan penghuninya.
Apartemen ini juga dilengkapi beragam alat pengaman canggih. Mulai dari private card access yang sudah diprogram, sistem videophone, finger scan, CCTV monitoring dan valet parking selama 24 jam.
Sementara privasi diwujudkan dengan jumlah unit yang terbatas dan lift privat untuk akses privat. Tidak ada istilah tamu yang hilir-mudik, naik-turun. Privasi sangat diprioritaskan.
So, Anda bagian dari kaum borjouis Kota Jakarta? Jika Anda belum memiliki apartemen mewah dan tinggal di sana, tidak ada salahnya Anda mulai mencobanya. (theIndonesian)